Pemasangan Infus (IV) atau kanulasi intra vena adalah teknik di mana kanul abocat ditempatkan di dalam vena untuk memberikan akses vena. Akses vena memungkinkan pengambilan sampel darah, pemberian cairan infus, obat-obatan, nutrisi parenteral, kemoterapi, dan tranfusi darah.
Vena memiliki dinding tiga lapis yang terdiri dari endotelium internal yang dikelilingi oleh lapisan tipis serat otot yang dikelilingi oleh lapisan jaringan ikat. Katup vena mendorong aliran darah ke arah jantung mencegah pengumpulan darah pada bagian tubuh tertentu.
Image by LeoCarbajal on wikimedia.org |
Pemasangan Infus Atau Kanulasi Intra Vena
Tujuan Pemasangan Infus
- Untuk memasok cairan ketika asupan cairan oral tidak cukup, atau pasien tidak bisa menerima asupan cairan per oral.
- Untuk menyediakan mineral dan elektrolit yang dibutuhkan oleh tubuh untuk menjaga ketidakseimbangan elektrolit
- Untuk menyediakan glukosa (dekstrosa), sebagai zat utama pembentukan tenaga dan metabolisme
- Untuk memasukkan vitamin dan obat-obatan yang larut dalam air
- Untuk meningkatkan penyerapan obat-obatan yang dibutuhkan dengan cepat.
Indikasi Pemasangan Infus
Indikasi pemasangan infus atau kanulasi intra vena ( IV) antara lain:
- Pengambilan sampel darah berulang
- Pemberian cairan melalui intra vena (IV)
- Pemberian obat secara intra vena berulang IV
- Pemberian agen kemoterapi
- Dukungan nutrisi parenteral
- Pemberian darah atau produk darah secara IV
- Pemberian agen kontras radiologis untuk computed tomography (CT), magnetic resonance imaging (MRI), atau pencitraan lainnya
Jenis Cairan Infus
Secara umum, terdapat dua jenis cairan infus yang paling sering digunakan yaitu cairan kristaloid dan koloid.
Cairan Kristaloid
Cairan Kristaloid adalah cairan yang terdiri dari garam mineral atau molekul larut air lainnya. Cairan kristaloid yang paling sering digunakan adalah normal saline, larutan natrium klorida pada konsentrasi 0,9% yang mendekati konsentrasi dalam darah (isotonik).
Jenis cairan lainnya adalah Ringer laktat (RL) atau Ringer asetat yang merupakan larutan isotonik dan digunakan untuk penggantian cairan volume besar.
Larutan dekstrosa 5% (D5%), sering digunakan sebagai pengganti jika pasien berisiko memiliki gula darah rendah atau natrium tinggi.
Pilihan cairan juga tergantung pada sifat kimia dari obat yang diberikan. Cairan infus harus selalu steril. Cairan kristaloid biasanya digunakan untuk rehidrasi dan penggantian elektrolit.
Cairan Koloid
Cairan Koloid mengandung molekul yang tidak larut dan dengan struktur molekul yang lebih besar. Cairan koloid berfungsi mempertahankan tekanan osmotik koloid yang tinggi dalam darah. Di sisi lain, parameter ini menurun oleh kristaloid karena hemodilusi.
Perbedaan lain adalah bahwa cairan kristaloid umumnya memiliki harga yang jauh lebih murah daripada koloid. Koloid memiliki partikel yang besar di dalamnya sehingga tidak mudah diserap ke dalam pembuluh darah.
Karena sifat ini, koloid digunakan untuk menggantikan darah yang hilang, menjaga tekanan darah yang agar tetap stabil, dan ekspansi volume.
Jenis cairan koloid terdiri dari cairan koloid alami dan sintetis. Contoh cairan koloid alami antara lain fraksi protein plasma 5% dan albumin manusia 5% dan 25%. Sedangkan contoh koloid sintetik seperti dextran, Hydroxyethyl Starch (hetastarch), dan gelatin.
Lokasi Pemasangan Infus
Lokasi pemasangan infus yang paling sering digunakan adalah vena di ekstremitas atas (lengan) yaitu vena antecubital, vena lengan bawah, dan jaringan vena dorsal di punggung tangan.
Kontraindikasi pemasangan Infus
Tidak ada kontraindikasi absolut untuk kanulasi intra vena ( IV). Namun skses vena perifer pada ekstremitas yang cedera, terinfeksi, atau terdapat luka bakar harus dihindari jika memungkinkan.
Beberapa larutan vesikan dan iritan seperti larutan dengan pH <5 atau pH >9, osmolaritas >600 mOsm/L dapat menyebabkan lepuh dan nekrosis jika bocor ke dalam jaringan, seperti larutan sklerosing, beberapa agen kemoterapi, dan vasopresor.
Solusi yang lebih aman adalah dimasukkan ke dalam vena sentral. Jenis cairan diatas hanya boleh diberikan melalui vena perifer dalam situasi darurat atau ketika akses vena sentral tidak tersedia.
Persiapan Pemasangan Infus
Pengecekan Instruksi
- Jenis larutan yang akan diberikan
- Jalur pemberian cairan
- Jumlah dan dosis dari obat apapun yang akan ditambahkan ke larutan infus (drip)
- Kecepatan pemberian cairan infus
- Durasi pemberian infus
Persiapan Pasien
- Penting untuk mempersiapkan psikologis pasien sebelum melakukan prosedur ini.
- Perkenalkan diri dan verifikasi identitas pasien.
- Berikan privasi
- Jelaskan prosedur kepada pasien. Pemasangan infus dapat menyebabkan ketidaknyamanan selama beberapa saat.
- Evaluasi kesiapan pasien untuk prosedur pemasangan infus dengan berkomunikasi kepada pasien sebelum menilai vena
Pemilihan Ukuran Abocath
Secara umum, semakin kecil nomor jarum abocath maka semakin besar ukuran jarumnya dan semakin cepat cairan dan obat dapat diberikan dan darah dapat diambil.
Namun pada sisi lain, ukuran jarum yang lebih besar akan meningkatkan rasa nyeri saat pemasangan, jadi sangat penting untuk menggunakan abocath dengan ukuran yang sesuai kebutuhan.
Ukuran dan warna abocath antara lain:
- Ukuran 14G : Biasanya berwarna Oranye dan merupakan ukuran yang paling besar, biasanya digunakan dalam situasi trauma besar yang membutuhkan resusitasi secepat mungkin.
- Ukuran 16G : Biasanya berwarna abu-abu, digunakan pada kondisi trauma, operasi, atau infus volume besar
- Ukuran 18G : Biasanya berwarna hijau, sering digunakan untuk transfusi darah, atau infus volume besar.
- Ukuran 20G : Biasanya berwarna pink biasa digunakan untuk pemberian obat-obatan, hidrasi, dan terapi rutin.
- Ukuran 22G : Biasanya berwarna biru, digunakan untuk pasien dengan vena kecil, pasien lanjut usia atau pasien anak-anak
- Ukuran 24G : Berwarna Kuning, digunakan untuk Vena yang sangat rapuh seperti pada pasien lanjut usia atau anak-anak
Prosedur Pemasangan Infus
Peralatan
a. Alat steril
- Albocath atau venvlon
- kapas alkohol
- Kassa
- Hand scoond
- Infus set
b. Alat tidak steril
- Cairan infus
- Standar infus
- Plester atau hipavik
- Gunting plester
- Perlak dan alasnya
- Bethadine
- Torniquet
- Bengkok
- Jam dan alat tulis
Pelaksanaan
- Mencuci tangan
- Mendekatkan alat-alat ke dekat pasien
- Menutup sampiran dan pintu
- Memasang infus set ke cairan yang akan diberikan dan mengeluarkan udara dari selang infus, kemudian di klem
- Siapkan daerah yang akan di infus
- Pasang verlak dan alasnya di bawah lokasi yang akan ditusuk
- Letakkan bengkok di samping daerah yang akan di tusuk Bila tidak ada asisten, albocath, kapas alkohol dan bethadine serta kassa dimasukkan ke dalam bak instrumen steril
- Memasang torniquet
- Memakai sarung tangan
- Lakukan desinfeksi dengan bethadine dengan caramelingkar dari arah dalam ke arah luar
- Ulangi dengan kapas alkohol
- Lakukan penusukan pada vena dengan arah jarum infus(lubang jarum) mengarah ke atas
- Bila sudah yakin masuk pada vena, keluarkan jarum pada abocath dengan ujung daerah jarum ditekan
- Kemudian sambungkan selang infus ke albocath
- Lakukan fixasi dengan plester atau hipavik16. Menutup bagian yang ditusuk dengan kassa steril/hipavik
- Menghitung jumlah tetesan sesuai dengan instruksi dokter
- Mengamati reaksi pasien
- Mencatat waktu pemasangan, jumlah tetesan dan jenis cairan yang diberikan
- Merapikan pasien dan alat
- Mencuci tangan
Hal hal yang perlu di perhatikan pada pemasangan Infus
Hal hal yang perlu diperhatikan setelah pemasangan Infus
- Pelabelan : Pelabelan pada area pemberian cairan infus harus mencakup: Tanggal dan waktu beserta Jenisnya.
- Universal Precaution: Pembuangan peralatan seperti jarum harus menggunakan wadah yang tidak permeabel dan tidak mudah rusak. Buang semua peralatan kertas dan plastik ke wadah khusus.
- Kecepatan Infus: Pastikan kecepatan aliran infus sesuai dengan instruksi, jangan tinggalkan pasien sebelum kecepatan pemberian cairan sudah dipastikan sesuai.
- Dokumentasi: Catat awal pemberian infus, sertakan tanggal dan waktu, jenis larutan yang digunakan, lokasi vena yang diakses, dan kecepatan laju aliran infus.
Edukasi Pasien
Pasien harus diberikan informasi tentang semua aspek perawatan saat infus sudah terpasang. Hal hal yang harus diinformasikan kepada pasien antara lain:
- Informasikan tentang batasan pergerakan atau mobilitas
- Anjurkan meminta bantuan atau menghubungi perawat jika tempat tusukan infus menjadi lunak, sakit atau jika kemerahan dan pembengkakan berkembang.
- Menginformasikan bahwa area pemasangan akan selalu diobservasi setiap shift oleh perawat
Komplikasi
Komplikasi yang bisa timbul saat prosedur dilakukan atau setelah pemasangan infus antara lain:
- Kegagalan untuk mengakses vena
- Kesulitan memajukan kateter di atas jarum dan ke dalam vena
- Jarum masuk ke arteri
- Tromboflebitis
- Nekrosis kulit dan jaringan lunak
- Infeksi pada area pemasangan infus
Pecahnya vena, traksi kulit yang tidak memadai, posisi yang salah, dan sudut penetrasi yang salah semuanya dapat menyebabkan kegagalan dalam pemasangan infus. Dalam kasus ini, coba lakukan pemasangan di area yang berbeda.
Jika darah berhenti mengalir ke ke dalam abocat saat pemasangan, penyebabnya mungkin kolaps vena, venospasme, posisi needle hub terhadap katup vena, atau penetrasi ke dinding posterior vena.
Jika pada pengamatan terjadi hematoma maka perlu dilakukan pengangkatan kateter IV.
Tromboflebitis dapat disebabkan oleh pembentukan trombus dan peradangan, infeksi, atau keduanya. Nyeri pada tempat pemasangan infus di sepanjang jalur kateter, eritema atau indurasi kulit, pembengkakan, drainase dari tempat tusukan kulit adalah tanda-tanda tromboflebitis.
Secara teratur dan setidaknya setiap hari periksa tempat pemasangan infus untuk mengidentifikasi jika muncul tanda-tanda infeksi.
Pada tranfusi, pastikan untuk memantau lokasi saat transfusi berlangsung, dan berhati-hatilah pada pasien yang tidak dapat mengomunikasikan rasa sakit atau ketidaknyamanan. Beberapa larutan vesicant dan iritan dapat menyebabkan kerusakan jaringan lunak yang parah jika merembes keluar dari vena dan ke dalam jaringan sekitarnya.
Referensi:
Putu Diva DS, M Agus Kresna S. 2017. Terapi Cairan. SMF Anestesi Dan Reanimasi FK Unud/RSUP Sanglah Denpasar.
GIL Wayne BSN, RN. 2018. Intravenous (IV) Therapy Technique. Nurses Labs
TIM. 2020. Panduan Skill Lab D3 Keperawatan. Stikes Yarsi Mataram