Cacar air adalah infeksi akut, sistemik, biasanya pada masa kanak-kanak yang disebabkan oleh virus varicella zoster (human herpesvirus tipe 3). Nama lain cacar air adalah Chickenpox atau Varisela.
Keluhan biasanya dimulai dengan gejala konstitusional ringan yang diikuti oleh munculnya lesi pada kulit dan ditandai dengan makula, papula, vesikel, dan pengerasan kulit.
Cacar air biasanya didapat melalui inhalasi droplet pernapasan dari orang lain yang terinfeksi sebelumnya dan kontak langsung dengan vesikel.
Image by Øyvind Holmstad on wikimedia.org |
Cacar air atau chickenpox sebagian besar merupakan penyakit masa kanak-kanak, dengan lebih dari 90% kasus terjadi pada anak-anak di bawah 10 tahun.
Penyakit ini jinak pada anak yang sehat, dan peningkatan morbiditas terjadi pada orang dewasa dan pasien dengan gangguan sistem imun.
Cacar air biasanya didiagnosis secara klinis berdasarkan karakteristik ruam dan lesi yang berurutan. Tanda ini dapat ditemukan dalam berbagai tahap perkembangan dan penyembuhan di tempat yang terkena.
Paparan pasien terhadap kontak yang terinfeksi dalam masa inkubasi 10-21 hari merupakan petunjuk diagnostik yang penting. Gejala yang lebih berat bisa muncul pada orang dewasa dengan cacar air seperti ruam yang lebih luas, demam berkepanjangan, dan kemungkinan komplikasi yang meningkat seperti varicella pneumonia.
Epidemiologi
- Cacar air adalah penyakit umum, dengan sebagian besar kasus terjadi pada populasi anak-anak.
- Sejak diperkenalkannya imunisasi pediatrik secara luas khususnya di Amerika Serikat pada tahun 1995, kejadian varicella telah menurun secara signifikan, mendekati penurunan hingga 90%.
- Kematian akibat varicella juga telah menurun sejak dimulainya program vaksinasi AS, dengan kematian menurun sekitar 66%.
- Negara-negara dengan iklim tropis dan semitropis memiliki insiden cacar air dewasa yang lebih tinggi daripada negara-negara dengan iklim sedang.
Penyebab
Cacar air biasanya ditularkan melalui inhalasi droplet pernapasan dari orang yang terinfeksi virus varisela zoster. Titer virus yang tinggi juga ditemukan pada vesikel cacar air. Dengan demikian, penularan virus juga dapat terjadi melalui kontak langsung dengan vesikel tersebut.
Varisela kongenital: bayi yang ibunya terkena infeksi virus varisela zooster saat kehamilannya memasuki trimester pertama atau awal trimester kedua.
Virus varicella zoster ditularkan melalui kontak langsung (terutama melalui sekresi respiratorik, atau melalui lesi kulit namun tidak sering terjadi) dan tetesan respiratorik
Patofisiologi Cacar Air
Cacar air biasanya didapat dengan menghirup droplet pernapasan di udara dari orang yang terinfeksi. Sifat virus varicella zoster yang sangat menular mendasari epidemi yang menyebar dengan cepat melalui sekolah.
Setelah inhalasi awal droplet pernapasan yang terkontaminasi, virus menginfeksi konjungtiva atau mukosa saluran pernapasan bagian atas. Proliferasi virus terjadi di kelenjar getah bening regional saluran pernapasan bagian atas 2-4 hari setelah infeksi awal, diikuti viremia primer pada hari ke 4-6 pascainfeksi.
Replikasi virus tahap kedua terjadi di organ dalam tubuh, terutama hati dan limpa, diikuti oleh viremia sekunder 14-16 hari setelah infeksi. Viremia sekunder ini ditandai dengan invasi virus ke sel endotel kapiler dan epidermis.
Infeksi varisela zoster pada sel-sel lapisan malpighi menyebabkan edema interseluler dan edema intraseluler, menghasilkan vesikel yang khas.
Paparan virus Varisela zoster pada anak yang sehat menstimulasi produksi antibodi host imunoglobulin G (IgG), imunoglobulin M (IgM), dan imunoglobulin A (IgA). Antibodi IgG inilah yang memberikan kekebalan dan bisa bertahan seumur hidup.
Respon imun yang diperantarai sel juga penting dalam membatasi cakupan dan durasi infeksi varisela primer. Setelah infeksi primer, virus diperkirakan menyebar dari lesi mukosa dan epidermal ke saraf sensorik lokal.
Virus Varisela zoster kemudian tetap laten di sel ganglion dorsal saraf sensorik. Reaktivasi varisela zoster menyebabkan sindrom herpes zoster yang berbeda secara klinis.
Tanda dan gejala Cacar Air
Tanda dan gejala cacar air biasanya berkarakteristik ruam dan lesi yang berurutan. Lesi dapat ditemukan di semua tahap perkembangan dan penyembuhan di tempat yang terkena.
Riwayat pajanan pada kontak yang terinfeksi dalam masa inkubasi 10-21 hari juga merupakan petunjuk penting dalam diagnosis.
Cacar air pada masa kanak-kanak biasanya tidak ditandai dengan prodromal, namun dimulai dengan timbulnya eksantema.
Pada orang dewasa dan remaja, cacar air dapat didahului oleh gejala awal mual, mialgia, anoreksia, dan sakit kepala.
Makula eritematosa kecil muncul di kulit kepala, wajah, badan, dan ekstremitas proksimal, dengan perkembangan yang cepat selama 12-14 jam menjadi papula, vesikel yang jelas, dan pustula serta umbilikasi sentral dan pembentukan krusta.
Vesikel dapat muncul di telapak tangan dan telapak kaki serta pada selaput lendir, orofaringeal atau urogenital. Pruritus intens biasanya menyertai tahap vesikular dari ruam.
Pasien tetap bisa menularkan selama 4-5 hari setelah ruam berkembang, pada saat vesikel terakhir biasanya telah mengeras.
Komplikasi Cacar Air
Infeksi bakteri sekunder
Infeksi bakteri sekunder pada lesi kulit, yang bermanifestasi sebagai impetigo, selulitis, dan erisipelas, merupakan komplikasi yang paling sering terjadi pada anak yang sehat.
Stafilokokus dan streptokokus adalah bakteri patogen yang paling sering terlibat. Superinfeksi bakteri dapat menjadi predisposisi jaringan parut.
Superinfeksi bakteri lokal jarang dapat bermanifestasi sebagai septikemia, yang berpuncak pada pneumonia bakteri sekunder, otitis media, atau fasciitis nekrotikans.
Infeksi varicella primer diseminata
Infeksi varicella primer diseminata, biasanya terlihat pada populasi immunocompromised atau dewasa, dengan kemungkinan morbiditas yang tinggi.
Sembilan puluh persen kasus pneumonia varicella terjadi pada populasi orang dewasa. Komplikasi cacar air yang bisa terjadi namun jarang adalah miokarditis, gangren, hepatitis, dan glomerulonefritis.
Komplikasi pada Susunan Saraf Pusat
Komplikasi cacar air pada sistem saraf pusat dari infeksi virus varisela zoster primer dapat terjadi, meskipun sangat jarang. Sindrom Reye, sindrom Guillain-Barré, ataksia serebelar akut, dan ensefalitis semuanya telah didokumentasikan terjadi setelah infeksi varisela.
Komplikasi hemoragik
Trombositopenia dan purpura akibat infeksi virus varisela zoster telah ditemukan pada lebih dari 100 pasien. Komplikasi hemoragik lebih sering terjadi pada populasi immunocompromised atau imunosupresi.
Lima sindrom klinis utama yaitu:
Febrile purpura
Cacar air ganas dengan purpura
Purpura pasca infeksi
Purpura fulminan
Purpura anafilaktoid
Sindrom ini memiliki perjalanan yang bervariasi, dengan febril purpura menjadi yang paling jinak dan memiliki hasil yang tidak rumit. Sebaliknya, cacar air ganas dengan purpura adalah kondisi klinis yang parah yang memiliki angka kematian melebihi 70%.
Pemeriksaan diagnostik
- Varisela didiagnosis melalui tanda dan gejala yang khas, dan biasanya tidak membutuhkan uji laboratoris.
Virus bisa diisolasi dari cairan vesikular dalam 3 sampai 4 hari pertama setelah ruam muncul.
Serum yang mengandung antibodi diberikan 7 hari setelah serangan gejala muncul.
Pengujian serologis berguna untuk membedakan rickettsial pox (cacar riketsial) dengan varisela.
Penanganan
Penanganan Cacar air meliputi:
Cacar air membutuhkan tindakan pencegahan melalui udara dan kontak sampai semua vesikel telah mengeras. Anak-anak bisa kembali bersekolah meskipun ada sedikit koreng yang masih tersisa, karena pada stadium ini varisela tidak lagi menular. Varisela kongenital tidak membutuhkan isolasi.
Antipruritik lokal (misalnya losion kalamin) atau sistemik bisa membantu meringankan rasa gatal.
Mandi air dingin yang mengandung soda bikarbonat juga bisa meringankan rasa gatal.
Diphenhydramine (Benadryl) atau antibistamin lainnya bisa diberikan untuk mengatasi rasa gatal.
Acyclovir (Zovirax) merupakan pilihan obat antivirus untuk memperpendek durasi gejala.
Antibiotik tidak diperlukan kecuali ada perkembangan infeksi bakteri.
Salisilat memiliki kontraindikasi dengan anak-anak karena hubungannya dengan sindrom Reye.
- Pasien yang mengalami gangguan sistem imun mungkin memerlukan penanganan istimewa. Ketika diberikan selama sampai 72 jam setelah paparan cacar air, globulin imun varisela-zoster bisa memberikan imunitas pasif. Acyclovir bisa memperlambat pembentukan vesikel, mempercepat penyembuhan kulit, dan mengontrol penyebaran sistemik dari infeksi.
Intervensi Asuhan Keperawatan
Intervensi Asuhan Keperawatan pada cacar air antara lain:
Ajari anak dan keluarganya cara menggunakan medikasi antipruritik topikal dengan benar. Tekankan pentingnya menjaga kebersihan.
Minta pasien tidak menggaruk lesi. Akan tetapi, jika keinginannya untuk menggaruk sudah tidak tertahankan lagi, orang tua sebaiknya memotong kuku jari anak atau memakaikan sarung tangan pada anak.
Ingatkan pasien untuk melihat adakah tanda dan gejala komplikasi, dan segera melaporkannya. Nyeri dan rasa terbakar hebat di kulit bisa mengindikasikan infeksi sekunder yang serius dan membutuhkan perhatian medis yang cepat dan tepat.
Untuk mencegah varisela, jangan menerima anak yang terpapar varisela ke dalam unit yang berisi anak-anak yang menerima agens imunosupresan atau anak yang menderita leukemia atau gangguan imunodefisiensi.
Anak yang mudah terserang penyakit dan yang telah terpapar varisela sebaiknya menerima globulin imun VZ untuk mengurangi keparahannya.
Pendidikan pasien. Mendidik orang tua tentang pentingnya dan keamanan vaksin Varicella Zoster.
Memotong kuku anak dan menyuruh anak memakai sarung tangan saat tidur dapat mengurangi goresan.
Anjurkan orang tua untuk memberikan makanan lengkap dan tidak terbatas kepada anak. Beberapa anak dengan varicella telah mengurangi nafsu makan dan harus didorong untuk memnuhi cairan yang cukup untuk mempertahankan hidrasi.
Evaluasi Pelaksanaan Asuhan Keperawatan
Evaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan meliputi:
Pasien nyaman dibuktikan dengan pemenuhan kebutuhan istirahat.
Pasien atau pengasuh mengungkapkan informasi yang dibutuhkan mengenai penyakit, tanda dan gejala, pengobatan, dan kemungkinan komplikasi varicella zoster.
Pasien tetap bebas dari infeksi sekunder, dibuktikan dengan kulit utuh tanpa kemerahan atau lesi.
Pasien memiliki risiko minimal untuk penularan penyakit sesuai prinsip pelaksanaan universal precaution.
Pasien mengungkapkan perasaan tentang lesi dan melanjutkan aktivitas sehari-hari.
Pasien menunjukkan citra tubuh yang positif, yang dibuktikan dengan kemampuan untuk melihat, berbicara, dan merawat lesi.
Dokumentasi Asuhan Keperawatan
- Dokumentasi Asuhan keperawatan pada psien dengan cacar air meliputi:
Suhu dan temuan penilaian lainnya, termasuk tanda-tanda vital dan status mental.
Karakteristik lesi atau kondisi.
Penyebab dan faktornya.
Dampak kondisi pada citra pribadi dan gaya hidup.
Terapi antibiotik saat ini atau baru-baru ini.
Rencana perawatan.
Rencana pengajaran.
Respon pasien terhadap asuhan keperawatan yang dilakukan.
Pencapaian atau kemajuan menuju hasil yang diinginkan.
Modifikasi rencana perawatan.
Referensi :
- Kenneth M Kaye MD. 2019. Chickenpox (Varicella). Harvard Medical School. MSD Manual
- Anthony J Papadopuolos MD. 2020. Chickenpox. Emedicine. Medscape
- Marianne Belleza RN. 2021. Chicken Pox (Varicella). Nurses Lab
- Beth Greenwood. N.D. https://work.chron.com/nursing-management-patient-chicken-pox-7166.html
- https://nursestudy.net/varicella-chickenpox-nursing-care-plans/