Kalsium berperan sangat penting dalam permeabilitas sel, pembentukan tulang dan gigi, koagulasi darah, transmisi impuls saraf, dan kontraksi otot normal. Hampir semua (99%) kalsium tubuh ditemukan di tulang, sedangkan lainnya (1%) ada dalam bentuk terionisasi di serum.
Sebanyak 1% kalsium terionisasi di serum selalu sangat penting bagi fungsi neurologis yang sehat. Ketidakseimbangan kalsium berat harus ditangani karena defisiensi atau hipokalsemia bisa menyebabkan tetani dan kejang, sedangkan kelebihan atau hiperkalsemia bisa menyebabkan aritmia kardiak dan koma.
Image by.Cruithne9 from:wikimedia.org |
Penyebab
a. Penyebab Hipokalsemia
- Hipomagnesemia
- Hipoparatiroidisme akibat cedera, penyakit, atau pembedahan
- Asupan kalsium dan vitamin D tidak cukup
- Hilangnya kalsium dari traktus GI akibat diare parah atau penyalahgunaan taksatif
- Malabsorpsi kalsium dari traktus GI
- Koreksi asidodis secara berlebihan
- Insufisiensi pankreatik atau pankreatitis
- Infeksi parah
b. Penyebab Hiperkalsemia
- Hipertiroidisme
- Hipervitaminosis D
- Sindrom susu-alkali
- Fraktur multipel dan imobilisasi dalam waktu lama
- Mieloma multipel
- Sarkoidosis
- Diuretik thiazide
- Tumor
Tanda dan gejala
a. Tanda dan gejala Hipokalsemia
- Aritmia kardiak
- Spasma karpopedal
- Parestesia digital dan perioral
- Refleks hiperaktif
- Tanda Chvostek positif
- Tanda Trousseau positif
- Tetani
- Kejang
b. Tanda dan gejala Hiperkalsemia
- Anoreksia
- Aritmia kardiak
- Koma
- Konstipasi
- Tonus otot menurun
- Dehidrasi
- Letargi
- Otot melemah
- Mual dan muntah
- Polidipsia
- Poliuria
Uji diagnostik
a. Hipokalsemia
- Kadar kalsium serum kurang dari 8,5 mg/dl memastikan hipokalsemia.
- Kadar kalsium serum terionisasi kurang dari 4,5 mg/dl juga membantu memastikan diagnosis.
- Elektrokardiogram (ECG) memperlihatkan interval Q yang memanjang, segmen ST yang memanjang, dan aritmia.
b. Hiperkalsemia
- Kadar kalsium serum total lebih dari 10,5 memastikan hiperkalsemia.
- Kadar kalsium serum terionisasi lebih dari 5,3 mg/dI juga membantu memastikan diagnosis.
- Uji urin menunjukkan peningkatan presiptlasi kalsium urin.
- ECG memperlihatkan interval QT memendek dan halangan di jantung.
Penanganan
Ketidakseimbangan akut harus segera koreksi, diikuti terapi pemeliharaan dan koreksi penyakit mendasar yang menyebabkannya
a. Hipokalsemia
Defisit kalsium ringan bisa membutuhkan kalsium, vitamin D, protein yang cukup dan bisa juga suplemen kalsium oral.
Hipokalemia akut adalah keadaan darurat yang perlu segera dikoreksi dengan kalsium glukonat atau kalsium klorida I.V.
Hipokalsemia kronis juga membutuhkan suplemen vitamin D untuk mempermudah absorpsi kalsium oleh Gl. Defisiensi ringan ditangani dengan sediaan multivitamin, sedangkan defisiensi berat ditangani dengan heberapa bentuk vitamin D yaitu ergocalciferol (vitamin D2), cholecalciferol (vitamin D3), dan dihydrotachysterol, yang merupakan bentuk sintetik vitamin D2.
b. Hiperkalsemia
- Cukupi hidrasi dengan larutan garam normal, yang membantu ekskresi kalsium dalam urin.
- Beri diuretic loop, misalnya asam ethacrynic dan furosemide, untuk membantu ekskresi kalsium.
- Diuretik thiazide menghambat ekskresi kalsium dan memiliki kontraindikasi pada pasien hiperkalsemia.
- Kortikosteroid, misalnya prednisone dan hidrokortison, berguna untuk menangani sarkoidosis, hipervitaminosis D, dan tumor tertentu.
- Plicamycin (Mithracin) bisa menurunkan kadar kalsium serum dan sangat efektif melawan hiperkalsemia yang menyertai tumor tertentu.
- Kalsitonin juga berguna dalam kasus tertentu.
- Larutan natrium fosfat yang diberikan melalui mulut atau enema retensi membantu pengendapan kalsium dalam tulang dan menghambat absorpsinya dari traktus Gl.
Intervensi Asuhan Keperawatan
Jika pasien diberi transfusi darah sitrat dalam jumlah besar atau menderita diare kronis, infeksi parah, atau asupan kalsium atau protein dalam makanan tidak mencukupi (yang umum dialami pasien lansia), pantau apakah ia menderita hipokalsemia.
a. Hipokalsemia
Intervensi asuhan keperawatan pada kalsium imbalance (hipokalsemia) antara lain:
- Pantau kadar kalsium serum tiap 12 sampai 24 jam, dan laporkan tiap terjadi penurunan.
- Saat memberi suplemen kalsium, seringkali periksalah pH, keadaan alkalotik yang melebihi pH 7,45 menghambat ionisasi kalsium.
- Periksa adakah tanda Chvostek dan Trousseau.
- Beri kalsium glukonat secara I.V. dan perlahan-lahan dalam dekstrosa 5% dalam air (jangan pernah gunakan dalam larutan garam, karena bisa mendorong hilangnya kalsium renal). Jangan lakukan infusi lebih dari 1 g / jam, kecuali dalam keadaan darurat. Jangan tambahkan kalsium glukonat I.V. ke larutan yang mengandung bikarbonat karena akan mengendap.
- Saat memberi larutan kalsium, lihat apakah pasien mengalami anoreksia, mual, dan muntah, yang merupakan tanda koreksi hiperkalsemia secara berlebihan. Jika pasien diberi kalsium klorida, lihat adakah ketidaknyamanan abdominal.
- Jika pasien diberi glikosida kardiak dalam dosis besar atau suplemen kalsium oral, secara saksama pantau ia untuk melihat adakah interaksi obat yang bisa muncul, dan adakah tanda dan gejala toksisitas digoxin, antara lain anoreksia, mual, muntah, pandangan kuning, dan aritmia kardiak.
- Beri suplemen kalsium oral 1 sampai 1,5 jam setelah makan atau dengan susu.
- Lakukan tindakan pencegahan sawan bagi pasien penderita hipokalemia yang bisa menyebabkan kejang.
- Ingatkan pasien untuk tidak minum antasid terlalu banyak karena bisa memperburuk kondisi ini.
- Untuk mencegah hipokalsemia, sarankan semua pasien (terutama pasieh lansia) mengkonsumsi makanan kaya kalsium, vitamin D, dan protein, misalnya susu penguat tubuh dan keju, produk kedelai, dan sarden. Larang mereka menggunakan laksatif jangka-panjang.
b. Hiperkalsemia
Intervensi asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami kalsium imbalance (hiperkalsemia) antara lain:
- Pantaulah kadar kalsium serum secara rutin, dan laporkan kenaikan apa pun
- Tingkatkan asupan cairan untuk mengencerkan kalsium dalam serum dan urin dan untuk mencegah kerusakan ginjal dan dehidrasi.
- Jika pasien menjalani terapi diuresis larutan garam normal, pantau adakah tanda gagal jantung.
- Pantau asupan dan output, dan periksa urin untuk melihat asiditas dan adakah kalkulus renal. Beri minuman acid-ash (tidak mengandung keju maupun susu), misalnya jus cranberry, karena garam kalsium lebih mudah larut dalam asam daripada dalam alkali.
- Seringkali periksalah ECG dan tanda vital pasien.
- Jika pasien diberi glikosida kardiak, lihat adakah tanda dan gejala toksisitas.
- Jika pasien menderita hiperkalsemia kronis, pegang ia dengan lernbut untuk mencegah fraktur patologis.
- Jika pasien harus berbaring di ranjang, seringkali posisikan ia kembali, dan dorong ia melakukan latihan jangkauan-pergerakan untuk membantu sirkulasi dan mencegah stasis kencing dan kehilangan kalsium dari tulang.
- Untuk mencegah rekurensi, anjurkan pasien mengkonsumsi makanan rendah-kalsium dan menambah asupan cairan.
Posting Komentar