Periode remaja adalah masa dari perkembangan serta kematangan manusia, pada periode ini terjadi transisi yang paling unik dan berkesinambungan. Perubahan fisik lantaran perkembangan yang terjadi akan mempengarui status kesehatan dan gizinya ketidak imbangan di antara asupan dengan kebutuhan atau kecukupan memunculkan permasalahan gizi, baik itu berbentuk permasalahan nutrisi lebih atau nutrisi kurang.
Permasalahan nutrisi pada remaja akan berpengaruh negatif, seperti kurangnya kosentrasi belajar, penurunan kesegaran jasmani. Oleh karenanya, periode remaja ialah periode yang semakin banyak memerlukan zat nutrisi. Remaja memerlukan konsumsi zat nutrisi yang maksimal untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi anemia di Indonesia yakni 21,7%, dengan proporsi 20,6% di perkotaan dan 22,8% di perdesaan dan 18,4% lelaki dan 23,9% wanita. Berdasar barisan usia, pasien anemia berusia 5-14 tahun sejumlah 26,4% dan sejumlah 18,4% pada grup usia 15-24 tahun.
Remaja putri memiliki resiko lebih tinggi menderita anemia dibanding remaja putra. Peningkatan kebutuhan besi khususnya karena kehilangan zat besi waktu menstruasi.
Disamping itu remaja putri lebih memerhatikan perubahan ukuran tubuh dan penampilan fisiknya hingga perilaku atau pola makannya kerap keliru, seperti membatasi konsumsi makan terutama makanan hewani yang terkadang dianggap sebagai makanan yang memiliki kandungan lemak tinggi dan bisa menyebabkan kegemukan .
Remaja putri sebagai salah satu golongan yang riskan untuk menderita anemia. (Depkes RI 2011) menyebutkan jika pasien anemia pada remaja putri mencapai 26.5% dan WUS 26.9%. Menurut Riset Kesehatan Dasar ( Riskesdas ) tahun 2013 di Indonesia terdapat 26.4% pada wanita usia 5-14 tahun menderita anemia.
Image by Nick Youngson Pix4free.org |
Masalah gizi yang diakibatkan oleh remaja yang pola makannya tidak sehat salah satunya adalah anemia.
Anemia sekarang ini termasuk ke dalam salah satu masalah kesehatan yang berhubungan dengan masalah nutrisi secara global yang paling sering ditemukan. WHO memperkirakan jumlah penderita anemia di seluruh dunia mendekati angka dua milyar dengan sedikitnya 50% dari jumlah tersebut berhubungan dengan defisiensi besi. Remaja, terutama remaja putri, rentan terhadap defisiensi besi.
Secara umum faktor utama yang menyebabkan tingginya prevalensi anemia gizi adalah pendarahan yang mengakibatkan tubuh kehilangan banyak sel darah merah seperti wasir, dan menstruasi.