Sesak napas atau dalam bahasa medis disebut dispnea adalah sensasi tidak menyenangkan karena sulit bernapas. Orang mengalami dan mendeskripsikan sesak napas secara berbeda tergantung pada penyebabnya.
Laju dan kedalaman pernapasan biasanya meningkat selama latihan dan jika berada di dataran tinggi. Tetapi peningkatan tersebut jarang menyebabkan ketidaknyamanan. Laju pernapasan juga meningkat saat istirahat pada orang dengan gangguan kesehatan, baik paru-paru ataupun bagian tubuh lainnya. Misalnya, penderita demam umumnya bernapas lebih cepat.
Pada dispnea, pernapasan lebih cepat disertai sensasi kehabisan udara. Orang merasa seolah-olah mereka tidak bisa bernapas cukup cepat atau cukup dalam. Diperlukan lebih banyak upaya untuk mengembangkan dada saat menghirup atau mengeluarkan udara saat menghembuskan napas.
Orang yang sesak nafas juga memiliki sensasi tidak nyaman saat menghirup (inspirasi) dan menghembuskan (ekspirasi). Gejala lain seperti batuk atau nyeri dada, mungkin juga dirasakan dan tergantung pada penyebab dispnea.
Image by Paul Bettner on flickr |
Penyebab Sesak Nafas
Dispnea biasanya disebabkan oleh gangguan pada paru-paru atau jantung. Secara umum, penyebab dispneu antara lain:
- Radang paru-paru
- Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)
- Serangan jantung atau Sindrom koroner Akut (SKA)
- Penurunan kondisi fisik seperti melemahnya otot dan jantung karena tidak aktif
- Penambahan berat badan atau obesitas
- Kehamilan
- Emboli paru
Penyebab paling umum pada orang dengan paru-paru kronis atau kelainan jantung adalah memburuknya kondisi penyakit.
Namun satu jenis gangguan juga dapat memicu masalah lainnya. Misalnya orang dengan asma yang sudah berlangsung lama bisa mengalami serangan jantung, atau sebaliknya orang dengan gagal jantung kronis dapat mengalami pneumonia.
Gangguan paru-paru
Orang yang memiliki kelainan paru-paru sering kali mengalami dispnea saat mereka melakukan aktivitas fisik. Saat berolahraga, tubuh menghasilkan lebih banyak karbon dioksida dan menggunakan lebih banyak oksigen. Pusat pernapasan di otak mempercepat pernapasan ketika kadar oksigen dalam darah rendah atau kadar karbon dioksida dalam darah tinggi.
Jika jantung atau paru-paru tidak berfungsi normal, sedikit pengerahan tenaga dapat secara dramatis meningkatkan laju pernapasan dan dispnea. Dispnea sangat tidak menyenangkan sehingga orang menghindari aktivitas. Saat gangguan paru-paru menjadi lebih parah, dispnea dapat terjadi bahkan saat istirahat.
Pada kelainan paru restriktif seperti fibrosis paru idiopatik, paru menjadi kaku dan membutuhkan lebih banyak usaha untuk mengembang selama inspirasi.
Pada gangguan obstruktif seperti PPOK atau asma, resistensi terhadap aliran udara meningkat karena saluran udara menyempit. Karena saluran udara menyempit selama pernafasan, udara tidak dapat dihembuskan dari paru-paru seperti biasa dan menyebabkan dispnea.
Gagal Jantung
Jantung memompa darah melalui paru-paru. Jika jantung tidak memompa secara memadai atau yang disebut gagal jantung, cairan dapat menumpuk di paru-paru yang disebut edema paru. Gangguan ini menyebabkan dispnea yang seringkali disertai dengan rasa tercekik atau berat di dada. Penumpukan cairan di paru-paru juga dapat mempersempit saluran udara dan menyebabkan mengi.
Beberapa orang dengan gagal jantung mengalami ortopnea, dispnea nokturnal paroksismal, atau keduanya. Orthopnea adalah sesak napas yang terjadi saat orang berbaring dan lega pada saat duduk. Dispnea nokturnal paroksismal adalah serangan dispnea yang tiba-tiba selama tidur. Penderita akan terbangun dengan terengah-engah dan harus duduk atau berdiri untuk mengatur napas. Gangguan ini merupakan bentuk ortopnea yang ekstrim dan merupakan tanda gagal jantung yang parah.
Anemia
Ketika orang mengalami anemia atau kehilangan banyak darah karena cedera, akan menyebabkan kurangnya sel darah merah. Sel darah merah membawa oksigen ke jaringan sehingga jumlah oksigen yang dapat dialirkan darah menurun.
Kebanyakan penderita anemia merasa nyaman duduk diam. Namun, mereka sering merasakan dispnea jika melakukan aktivitas fisik karena darah tidak dapat membawa peningkatan oksigen yang dibutuhkan tubuh. Sebagai kompensasi, mereka akan bernapas dengan cepat dan dalam sebagai upaya refleks untuk mencoba meningkatkan jumlah oksigen dalam darah.
Penyebab lainnya
Jika sejumlah besar asam menumpuk di dalam darah yang disebut asidosis metabolik, akan menyebabkan kehabisan napas dan mulai terengah-engah. Gagal ginjal yang parah, diabetes melitus yang memburuk secara tiba-tiba, dan konsumsi obat atau racun tertentu dapat menyebabkan asidosis metabolik.
Pada sindrom hiperventilasi, orang merasa tidak mendapatkan cukup udara sehingga bernapas dengan berat dan cepat. Sindrom ini biasanya disebabkan oleh kecemasan daripada masalah fisik. Banyak orang yang mengalaminya saat ketakutan.
Waspada
Beberapa hal yang perlu diwaspadai jika mengalami dispnea dan menjadi perhatian khusus. Jika mengalami sesak napas saat istirahat, nyeri dada, jantung berdebar-debar, tingkat kesadaran yang menurun, agitasi, kebingungan, kesulitan menghembuskan nafas, maka harus segera dibawa ke rumah sakit atau unit gawat darurat terdekat.
Pemeriksaan
Tahap pemeriksaan pertama dokter mengajukan pertanyaan tentang gejala dan riwayat medis pasien. Dokter kemudian melakukan pemeriksaan fisik. Pada saat pemeriksaan, biasanya Dokter atau petugas akan mengajukan pertanyaan terkait kapan Saat sesak napas dimulai, apakah bertahap atau tiba-tiba, durasi, faktor pemicu dan apa yang memperburuknya.
Selanjutnya juga akan ditanya tentang riwayat kesehatan masa lalu termasuk kelainan paru-paru atau jantung, riwayat merokok, anggota keluarga yang memiliki tekanan darah tinggi atau kadar kolesterol tinggi, dan faktor risiko yang lain.
Pemeriksaan fisik berfokus pada jantung dan paru-paru. Dokter akan mendengarkan paru-paru untuk mencari kemungkinan sumbatan, mengi, dan suara abnormal lain seperti ronki. Mendengarkan jantung untuk mencari murmur yang menunjukkan kelainan katup jantung.
Pembengkakan pada kedua kaki menunjukkan gagal jantung, tetapi pembengkakan hanya pada satu kaki lebih mungkin terjadi akibat pembekuan darah di kaki. Gumpalan darah di kaki bisa pecah dan berjalan ke pembuluh darah di paru-paru, menyebabkan emboli paru.
Tes Penunjang
Untuk membantu menentukan tingkat keparahan masalahnya, bisa dilakukan pengukuran kadar oksigen dalam darah menggunakan oksimetri nadi. Biasanya juga dilakukan rontgen dada jika dibutuhkan. Rontgen dada dapat menunjukkan bukti paru kolaps, pneumonia, dan banyak kelainan paru dan jantung lainnya. Selain itu pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) dilakukan untuk memeriksa arus listrik jantung.
Tes lain yang bisa dilakukan adalah tes fungsi paru. Tes fungsi paru dapat mengukur derajat restriksi atau obstruksi dan kemampuan paru-paru untuk mengangkut oksigen dari udara ke darah. Masalah paru-paru mungkin termasuk kelainan restriktif dan obstruktif serta transportasi oksigen yang tidak normal.
Untuk orang dengan risiko emboli paru bisa dilakukan tes pencitraan khusus, seperti angiografi, tomografi komputer atau pemindaian ventilasi / perfusi.
Untuk orang dengan risiko emboli paru yang rendah, tes D-dimer dapat dilakukan. Tes darah ini membantu mengidentifikasi atau menyingkirkan gumpalan darah. Tes lain mungkin diperlukan untuk mendiagnosis dan mengevaluasi adanya anemia, masalah jantung, dan masalah paru-paru tertentu.
Pengobatan
Pengobatan dispnea diarahkan pada penyebabnya. Orang dengan kadar oksigen yang rendah diberikan oksigen tambahan dengan menggunakan kanul nassal atau masker. Dalam kasus yang parah, pernapasan dapat dibantu dengan ventilasi mekanis.
Obat-obatan diberikan secara intravena untuk mengurangi kecemasan dan ketidaknyamanan dispnea pada orang dengan berbagai gangguan, termasuk serangan jantung, emboli paru, dan penyakit terminal.
Kesimpulan
- Sesak napas atau dispnea biasanya disebabkan oleh kelainan paru atau jantung.
- Pada orang dengan kelainan paru-paru kronis seperti penyakit paru obstruktif kronik atau gangguan jantung seperti gagal jantung, penyebab paling umum dari dispnea adalah kekambuhan penyakit kronik tersebut. Namun pada beberapa orang bisa merupakan serangan awal
- Orang yang mengalami dispnea saat istirahat, tingkat kesadaran yang menurun, atau kebingungan harus segera pergi ke rumah sakit untuk penanganan darurat.
- Untuk menentukan tingkat keparahan masalahnya, dokter atau petugas akan mengukur kadar oksigen dengan oksimetri. Kemudian akan melakukan pemeriksaan penunjang lain yang dibutuhkan, baik laboratorium dan radiologi.
- Penangan sesak nafas atau dispnea di rumah sakit akan disesuaikan dengan penyebab yang mendasari timbulnya sesak nafas tersebut.
Referensi:
- Rebeca Dezube. 2020. Shortness of Breath (Dyspnea). John Hopkins University. MSD Manual
- William C Shiel Jr. N.D. Shortness of Breath (Dyspnea) : Symptom & Signs. Medicine Net.