Karsinoma sel skuamosa merupakan bentuk kanker kulit kedua yang paling umum, disebabkan oleh paparan sinar ultra Violet (UV) kumulatif terhadap kulit. Kondisi ini menimbulkan lesi prekursor yang disebut actinic keratosis dan menunjukkan perkembangan tumor yang memiliki potensi untuk bermetastasis dalam tubuh. Pada tulisan ini, Repro Note akan merangkum mengenai askep karsinoma sel skuamosa mulai dari konsep medik sampai intervensi keperawatan yang bisa diberikan.
Tujuan
- Memahami definisi, epidemiologi, penyebab, patofisiologi, serta tanda dan gejala karsinoma sel skuamosa
- Memahami pemeriksaan, penatalaksanaan, komplikasi, dan pencegahan karsinoma sel skuamosa
- Mengidentifikasi masalah atau diagnosa keperawatan yang sering muncul pada askep karsinoma sel skuamosa
- Melaksanakan intervensi keperawatan pada askep karsinoma sel skuamosa
- Melakukan evaluasi keperawatan pada askep karsinoma sel skuamosa
- Melakukan edukasi pasien pada askep karsinoma sel skuamosa
Image By BruceBlaus on wikimedia.org |
Konsep Medik dan Askep Karsinoma Sel Skuamosa
Pendahuluan
Karsinoma sel skuamosa adalah bentuk paling umum kedua dari kanker kulit di Amerika Serikat setelah karsinoma sel basal. Karsinoma sel skuamosa memiliki lesi prekursor yang disebut actinic keratosis, menunjukkan perkembangan tumor dan memiliki potensi untuk bermetastasis dalam tubuh.
Radiasi sinar ultraviolet (UV) dari matahari adalah faktor risiko utama dalam perkembangan karsinoma sel skuamosa kulit dan paparan kumulatif yang diterima selama seumur hidup memainkan peran utama dalam perkembangan kanker ini.
Eksisi bedah merupakan modalitas pengobatan utama untuk karsinoma sel skuamosa kulit, dengan bedah mikrografik Mohs menjadi teknik eksisi yang sering dipakai untuk karsinoma sel skuamosa kepala dan leher, dan di area lain yang berisiko tinggi atau karsinoma dengan karakteristik risiko tinggi.
Terapi radiasi merupakan opsi lanjutan untuk karsinoma sel skuamosa pada pasien dengan usia yang lebih tua atau mereka yang tidak mentolerir pembedahan, atau bila tidak memungkinkan untuk mendapatkan manfaat yang jelas melalui pembedahan.
Imunosupresi secara signifikan meningkatkan risiko karsinoma sel skuamosa selama hidup seseorang. Metastasis jarang terjadi pada karsinoma sel skuamosa yang timbul di area paparan sinar matahari berkelanjutan namun tetap menjadi resiko tinggi yang bisa saja terjadi, dan risikonya meningkat pada pasien dengan imunosupresi.
Pasien dengan karsinoma sel skuamosa kulit harus diperiksa secara teratur dan secara disiplin melakukan langkah-langkah untuk melindungi dari kerusakan akibat paparan sinar ultra violet (UV).
Epidemiologi
Sebuah laporan memperkirakan bahwa pada tahun 2012, terdapat lebih dari 5,4 juta kanker kulit nonmelanoma di Amerika Serikat dengan lebih dari 3,3 juta orang dirawat. Dari jumlah kanker kulit nonmelanoma tersebut, sekitar 80% adalah karsinoma sel basal (BCC) dan 20% adalah karsinoma sel skuamosa (SCC). Dengan demikian, Karsinoma Sel Skuamosa adalah kanker kulit paling umum kedua dan salah satu kanker paling umum secara keseluruhan di Amerika Serikat.
Meskipun peningkatan pengetahuan dan pendidikan publik mengenai penyebab kanker kulit dan pentingnya menghindari paparan sinar matahari yang berkepanjangan, kejadian karsinoma sel skuamosa terus meningkat di seluruh dunia.
Sebuah penelitian dari Korea Selatan melihat insiden kanker kulit antara 1999 dan 2014 menemukan bahwa kejadian karsinoma sel skuamosa di negara tersebut terus meningkat pada rentang tahun tersebut.
Di Rochester Minnesota, tingkat kejadian tahunan yang disesuaikan dengan usia untuk kejadian karsinoma sel skuamosa per 100.000 wanita meningkat dari 47 kasus dari 1984-1986 menjadi 100 kasus pada tahun 1990-1992. Demikian juga pada pria meningkat dari 126 kasus menjadi 191 kasus per 100.000 penduduk.
Insiden yang meningkat ini kemungkinan besar bersifat multifaktorial, perkiraan penyebabnya antara lain populasi yang menua, peningkatan deteksi, dan faktor lingkungan seperti penipisan lapisan ozon.
Selain itu, jumlah pasien yang menjalani terapi imunosupresif yang digunakan dalam transplantasi organ serta berbagai kondisi reumatologi dan dermatologis yang meningkat. Seperti disebutkan sebelumnya, penerima transplantasi organ memiliki peningkatan risiko karsinoma sel skuamosa yang signifika. Metastasis mungkin juga lebih sering terjadi pada kelompok ini.
Terkait demografi lingkungan, pasien yang tinggal dekat khatulistiwa cenderung mengalami karsinoma sel skuamosa pada usia yang lebih muda daripada pasien yang tinggal lebih jauh dari area tersebut.
Insiden tertinggi karsinoma sel skuamosa terjadi di Australia, di mana insiden kanker kulit nonmelanoma sekitar 1,17 per 100, lima kali lebih besar dari gabungan semua kanker lainnya. Tingginya insiden kemungkinan disebabkan oleh banyaknya orang berkulit putih di wilayah ini yang telah terpapar sinar matahari secara ekstensif.
Terkait Ras, Karsinoma sel skuamosa adalah penyebab utama kedua kanker kulit pada orang kulit putih. Orang keturunan Irlandia atau Skotlandia memiliki prevalensi tertinggi di Amerika Serikat.
Karsinoma sel skuamosa relatif jarang terjadi pada orang-orang keturunan Afrika atau Asia. Namun jika terkena pada orang kulit hitam akan membawa tingkat kematian yang lebih tinggi.
Berdasarkan jenis kelamin, Karsinoma sel skuamosa terjadi pada pria 2-3 kali lebih sering daripada pada wanita, kemungkinan besar sebagai akibat dari paparan UV kumulatif seumur hidup yang lebih tinggi pada pria. Peningkatan paparan ini mungkin karena aktifitas luar rumah yang lebih besar pada laki-laki
Etiologi
Radiasi sinar Ultra Violet (UV) matahari adalah penyebab paling umum dari karsinoma sel skuamosa. Namun, paparan jangka panjang terhadap bahan kimia penyebab kanker seperti tar dalam rokok, juga dapat menyebabkan perkembangan karsinoma sel skuamosa.
Kemungkinan penyebab lainnya termasuk bekas luka bakar yang parah, bisul atau luka yang muncul selama bertahun-tahun dan beberapa jenis human papillomavirus (HPV), terutama di area genital.
Berikut beberapa hal yang bisa menjadi penyebab karsinoma sel skuamosa:
- Paparan sinar ultraviolet matahari secara berlebihan dan adanya lesi ganas sebelumnya (misalnya keratosis aktinik atau penyakit Bowen)
- Terapi sinar-X
- Tercernanya herbisida yang mengandung arsenik
- Iritasi dan inflamasi kulit kronis
- Luka bakar atau parut
- Paparan karsinogen lokal, misalnya ter dan minyak
- Penyakit turun-temurun, misalnya xeroderma pigmentosum dan albinisme
- Perkembangan setempat dari vaksinasi cacar smallpox, psoriasis, atau lupus eritematosus diskoid kronis (jarang terjadi)
Patofisiologi
Mutasi pada gen p53 adalah kelainan genetik yang paling umum ditemukan pada actinic keratosis, karsinoma sel skuamosa in situ dan karsinoma sel skuamosa invasif. Salah satu peristiwa patogen kritis adalah perkembangan resistensi apoptosis melalui hilangnya fungsional gen penekan tumorTP53.
Mutasi TP53 terlihat di lebih dari 90% kanker kulit yang didiagnosis di Amerika Serikat, serta di sebagian besar lesi kulit menunjukkan bahwa hilangnya TP53 adalah peristiwa awal dalam perkembangan karsinoma sel skuamosa.
Sinar UV menyebabkan kerusakan asam deoksiribonukleat (DNA) melalui pembuatan dimer pirimidin, suatu proses yang diketahui menghasilkan mutasi genetik TP53. Setelah paparan sinar UV berikutnya, keratinosit mengalami ekspansi klon dan mendapatkan cacat genetik lebih lanjut yang pada akhirnya mengarah ke karsinoma sel skuamosa invasif.
Banyak kelainan genetik lainnya diyakini berkontribusi pada patogenesis karsinoma sel skuamosa, termasuk mutasi BCL2 dan RAS. Demikian juga, perubahan jalur transduksi sinyal intraseluler, termasuk reseptor faktor pertumbuhan epidermal (EGFR) dan siklooksigenase (COX), juga terbukti berperan dalam perkembangan karsinoma sel skuamosa.
Tanda dan Gejala
Secara klinis, karsinoma sel skuamosa muncul dengan latar belakang kulit yang rusak akibat sinar matahari dan seringkali dari lesi prekursor yang disebut keratosis aktinik. Area yang paling umum untuk karsinoma sel skuamosa terjadi adalah wajah, leher, kulit kepala yang botak, lengan ekstensor, punggung tangan, dan tulang kering.
Warnanya bervariasi hingga eritematosa, pengerasan kulit, ulserasi, dan hiperkeratosis. Kadang-kadang, telangiektasis dengan atau tanpa perdarahan aktif dapat terjadi.
Karsinoma sel skuamosa dapat berbentuk datar, nodular, dan bahkan seperti plak pada beberapa kasus dengan indurasi yang signifikan atau penyebaran subkutan. Karsinoma sel skuamosa terkadang dapat terasa nyeri saat di tekan, dan ini bisa merupakan tanda invasi perineural.
Secara lebih spesifik, berikut tanda dan gejala karsinoma sel skuamosa:
- Lesi yang umumnya muncul di kulit wajah, telinga, dorsa tangan dan lengan atas, dan area lain yang rusak akibat sinar matahari
- Nodulus yang tidak tembus cahaya dan padat dengan batas tidak beraturan, sisik, dan ulser
- Lesi yang tampak bersisik akibat keratinisasi, yang paling sering muncul di wajah dan tangan
- Lesi eksofilik tumbuh ke arah luar yang rapuh dan menimbulkan pengerakan kronis di stadium atas
- Lesi ganas yang berubah menjadi karsinoma sel skuama: indurasi dan inflamasi lesi yang sebelumnya ada
- Karsinoma sel skuama yang muncul dari kulit sehat: nodulus yang tumbuh lambat dengan dasar yang padat dan tidak mengalami indurasi
- Jika dibiarkan dan tidak ditangani, akhirnya terjadi ulserasi dan invasi jaringan mendasar
- Metastasis ke nodus limfa regional, yang menimbulkan gejala nyeri sistemik yang khas, tidak enak badan, letih, lemah, dan anoreksia
Pemeriksaan Diagnostik
Biopsi kulit wajib dilakukan pada semua pasien dengan suspek karsinoma sel skuamosa. Secara histopatologis, karsinoma sel skuamosa berbentuk seperti sarang yang tidak teratur dengan lembaran keratinosit neoplastik yang menginvasi dermis.
Ketebalan lesi sangat penting ketika memprediksi risiko metastasis dimana ketebalan lebih dari 4 mm yang terkait dengan risiko yang lebih tinggi. Pewarnaan imunoperoksidase untuk sitokeratin 5/6/AE1/AE3 berguna dalam situasi di mana diagnosis masih diragukan, terutama pada karsinoma sel skuamosa yang berdiferensiasi buruk.
Penatalaksanaan
Ukuran, bentuk, lokasi, dan tingkat invasi tumor sel skuama dan kondisi jaringan mendasar menentukan metode penanganan yang digunakan. Lesi ganas merespons penanganan dengan baik.
Tumor invasif dalam bisa membutuhkan kombinasi teknik-teknik. Semua metode penanganan utama memiliki tingkat kesembuhan yang sangat baik; prognosis biasanya lebih baik jika pasien mengalami lesi yang terdiferensiasi dengan baik daripada pasien yang mengalami lesi yang terdiferensiasi dengan buruk di lokasi yang tidak lazim.
Tergantung pada lesi, penanganan bisa terdiri dari :
- Eksisi melalui pembedahan
- Kuretase dan elektrodesikasi (untuk lesi kecil)
- Terapi radiasi (biasanya bagi pasien lansia atau sangat lemah)
- Pembedahan kemo (untuk lesi resistan atau rekuren)
Asuhan Keperawatan
Intervensi Keperawatan
- Jaga agar luka selalu kering dan bersih.
- Minta pasien menggunakan tabir surya di bibirnya untuk melindunginya dari kerusakan akibat sinar matahari.
- Untuk mencegah karsinoma sel skuama, minta pasien menghindari paparan sinar matahari berlebihan dan mengenakan pakaian pelindung (topi, baju berlengan panjang).
- Minta pasien secara periodik memeriksakan kulit untuk melihat adakah lesi prakanker dan segera membuangnya jika ada.
- Minta pasien menggunakan tabir surya yang mengandung asam para-aminobenzolic, benzophenone, dan seng oksida. Tabir surya ini sebaiknya dioleskan 30 sampai 60 menit sebelum pasien terpapar sinar matahari.
Referensi:
Combalia, A., & Carrera, C. 2020. Squamous Cell Carcinoma: An Update on Diagnosis and Treatment. Dermatology practical & conceptual, 10(3), e2020066. https://doi.org/10.5826/dpc.1003a66
Gregory L. Wells MD. 2020. Squamous Cell Carcinoma. MSD Manual Professional Version. https://www.msdmanuals.com/professional/dermatologic-disorders/cancers-of-the-skin/squamous-cell-carcinoma
Howell JY, Ramsey ML. 2022. Squamous Cell Skin Cancer. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441939/
Pamela.C.A.et.al.2008. Nursing: Understanding Disease. Lippincott William & Wilkins : Norristown Road.
Yan, W., Wistuba, I. I., Emmert-Buck, M. R., & Erickson, H. S. 2011. Squamous Cell Carcinoma - Similarities and Differences among Anatomical Sites. American journal of cancer research, 1(3), 275–300.