Istilah “krisis paruh baya” adalah cara populer untuk menggambarkan kondisi usia pertengahan (35-45 tahun) mengalami kekecewaan dengan hubungan, pekerjaan, kondisi, dan proses penuaan yang mulai terlihat secara signifikan.
Usia pertengahan atau paruh baya adalah fase dimana terjadi perubahan yang cukup signifikan, saat fase dewasa pertama sudah dilewati. Beberapa kondisi baru seperti kemapanan dalam pekerjaan, kondisi keluarga yang monoton, anak-anak sudah mulai beranjak remaja, dan sudah mulai munculnya tanda-tanda penuaan.
Perubahan-perubahan ini bisa menyebabkan munculnya perasaan depresi, penyesalan, dan kecemasan. Konflik batin antara keinginan untuk tetap muda dengan kenyataan bahwa hidup sudah berjalan separuh, tinggal menjalani jatah yang tersisa untuk berjuang.
Jika tidak di sikapi dengan bijak dan kesiapan mental yang baik akan menimbulkan dampak negatif. Kasus perselingkuhan, atau istilah “tante girang dan om senang”, sebenarnya merupakan akibat krisis paruh baya yang diaktualisasikan dengan cara yang salah. Sebagai kamuflase untuk mengekspresikan diri tentang keinginan untuk muda kembali.
Apakah Krisis Paruh Baya itu Nyata..?
Faktanya, tidak semua orang mengalami krisis paruh baya. Dan bagi beberap orang memasuki usia paruh baya justru merupakan momentum puncak, dimana orang tersebut berada dalam kondisi mapan secara finansial, pekerjaan, dan keluarga.
Sebuah survei nasional tentang paruh baya di Amerika serikat melakukan jajak pendapat untuk menentukan berapa banyak orang yang mengalami krisis paruh baya. Sekitar 26% peserta melaporkan mengalami krisis paruh baya.
Hal ini menimbulkan pertanyaan, apakah krisis paruh baya itu benar-benar nyata, atau benar benar terkait dengan usia 35-45 tahun.
Satu dari empat orang mengatakan bahwa mereka mengalami krisis paruh baya disebabkan adanya peristiwa besar, seperti perceraian, kehilangan pekerjaan, karir yang stagnan, dan kehilangan orang yang dicintai. Jadi sebenarnya sebagian penyebab bukanlah karena faktor usia itu sendiri.
Penyebab Krisis Paruh Baya
Menjadi tua membawa banyak perubahan. Hubungan bisa berakhir atau bergeser, tuntutan karir, atau mungkin gagal memenuhi impian. Ketika orang tua atau teman sudah bertambah tua atau bahkan meninggal dan kebosanan terhadap kondisi yang stagnan.
Erikson membagi perkembangan menjadi delapan tahap berbeda dengan konfliknya pada tiap fase perkembangan. Di usia paruh baya, menurut erikson, konflik terletak pada generativitas dan stagnansi. Setiap krisis paruh baya berbeda. Beberapa sumber umum krisis paruh baya meliputi:
- Penuaan dan pesan sosial tentang penuaan, bahwa orang paruh baya dan orang yang sudah tua kurang menarik.
- Perubahan pada tubuh, seperti penambahan berat badan, nyeri, atau berkurangnya energi
- Takut pada proses penuaan itu sendiri
- Takut mati
- Perceraian atau perubahan lain dalam kehidupan
- Perubahan hubungan dengan anak-anak yang sudah mulai remaja, melihat anak-anak pindah seperti pergi kuliah ke tempat lain. Beberapa orang mengalami krisis paruh baya karena sindrom sarang kosong.
- Perubahan karir, seperti meningkatnya tuntutan pekerjaan atau bahkan rasa jenuh terhadap rutinitas pekerjaan.
- Tantangan finansial, terutama terkait dengan masa pensiun
- Merasa bahwa hidup tidak berjalan seperti yang dibayangkan sebelumnya.
Krisis Paruh Baya pada Pria
Sebuah penelitian menemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara pria dan wanita dalam cara mereka menghadapi krisis paruh baya. Pada pria, krisis paruh baya sebagian besar dikarenakan kekhawatiran tentang:
- Bagaiman penuaan mempengaruhi maskulinitasnya
- Bagaimana penyakit yang berkaitan dengan usia akan mempengaruhi kebutuhan dan kekuatannya
- Apakah dia cukup sukses dalam karir dan pekerjaannya
- Bagaimana keputusan karir mempengaruhi hubungannya dengan anak-anak dan anggota keluarga lainnya
Krisis Paruh Baya pada Wanita
Berbeda dengan pria, krisis paruh baya pada wanita disebabkan tekanan untuk tetap awet muda dan di cintai. Wanita khawatir pasangan mereka akan tertarik pada wanita yang lebih muda. Wanita lebih mungkin untuk memilih menjalani operasi plastik, dan beberapa operasi plastik mungkin disebabkan oleh krisis paruh baya dan kecemasan kehilangan kecantikan karena bertambahnya usia.
Wanita juga mengalami gejala krisis paruh baya yang sama dengan pria seperti kekhawatiran tentang tubuh yang menua, kesuksesan karir dan kejenuhan terhadap pekerjaan, dan hubungan. Beberapa wanita juga mungkin merasa tertekan dengan terbatasnya pilhan karir, atau pertentangan peran dalam budaya timur sebagai penanggung jawab mengurus dan mengasuh anak.
Tanda dan Gejala
Karena krisis paruh baya bukanlah diagnosa resmi dan terstandar, tetapi lebih merupakan konsep dalam sebuah penelitian, tergantung pada jawaban individu apakah mereka pernah mengalami krisis paruh baya. Tetntu saja apa yang didefinisikan sebagai krisis mungkin tidak konsisten dengan apa yang dianggap secara umum sebagai krisis paruh baya.
Menurut Cathy Meyer, terdapat tanda ketika seorang pria mengalami krisis paruh baya, yaitu:
Merasa membutuhkan petualangan dan perubahan
Salah satu tanda utama krisis paruh baya, yaitu mencari kesenangan dan petualangan, terlepas apakah itu baik atau buruk. Bentuknya bisa saja tiba-tiba berhenti dari pekerjaan, melakukan kegiatan hobi secara berlebihan. Atau bahkan lebih parah, seperti melakukan perselingkuhan dari pasangan resmi akibat kebosanan.
Menunjukan tanda-tanda depresi
Beberapa orang yang mengalami krisis paruh baya akan menglami depresi yang mempengaruhi suasana hati, sehingga berdampak terhadap aktifitas dan hubungan dengan pasangan. Mereka bisa saja mengabaikan keluarga, teman dan pekerjaan. Gejala ini biasanya ditandai oleh:
- Kesedihan, keputusasaan, ketidakberdayaan dan pesimisme
- Kehilangan minat pada aktifitas yang dulu menyenangkan
- Kekurangan energi
- Ketidakmampuan untuk fokus atau membuat keputusan
- Peningkatan atau penurunan nafsu makan
- Kenaikan berat badan
- Keraguan dalam mengambil keputusan
- Mengekspresikan Kemarahan dan Menyalahkan
- Menyimpang dari pernikahan
Solusi Melalui Krisis Paruh Baya
Kesadaran bahwa hidup terus berjalan, dan dalam usia ini mungkin kita sudah setengah jalan melaluinya kadang membuat stres tersendiri. Selama paruh baya, orang sering mempertimbangkan masalah seperti tujuan hidup, kehilangan masa muda, kematian, dan tingkat pencapaian.
Krisis paruh baya dapat menjadi traumatis, bahkan bisa sebagai salah satu faktor perceraian. karena paruh baya adalah masa dimana banyak orang mencari makna yang lebuh dalam, beberapa orang ingin memahami apa yang sedang terasa dan perubahan apa yang akan terjadi.
Beberapa hal yang dapat membantu untuk melewati masa-masa ini antara lain:
- Tingkatkan hubungan dengan pasangan, keluarga dan lingkungan sosial
- Perkuat ikatan dengan pasangan untuk saling mensuport
- Bisarakan tentang kekecewaan dan tantangan yang dihadapi didalam hidup
- Putuskan seperti apa masa depan yang diinginkan
- Temukan makna dalam perubahan hidup
- identifikasi tujuan baru
- Dapatkan kembali rasa kendali terhadap kehidupan sendiri
- Jalin hubungan yang baik dengan anak-anak yang akan beranjak dewasa
Sumber :
- Amy Morin. 2020. What Are the Signs of a Mildlife Crisis?. Verywell Mind
- Cathy Meyer. 2021. 6 Signs Mildlife Crisis. Brides
- Good Therapy.2019. Midlife Crisis