Cegukan merupakan peristiwa fisiologis abnormal yang diaktifkan oleh gerakan udara. Cegukan atau singultus berasal dari kata latin singult, yang berarti "menarik napas sambil terisak."
Terjadinya cegukan tidak hanya terbatas pada orang dewasa tetapi juga diamati pada bayi dan anak-anak, dan merupakan gangguan self-limited yang akan mereda secara spontan tanpa signifikansi klinis.
Cegukan yang sembuh sendiri biasanya disebabkan oleh distensi lambung dan iritasi, makan berlebihan, makan terlalu cepat, menelan makanan pedas, minum minuman berkarbonasi, aerophagia dan perubahan suhu makanan yang tiba-tiba.
Image by Darko Djurin from Pixabay |
Memahami Cegukan, dari Penyebab Sampai Cara Mengatasi
Definisi
Cegukan adalah kontraksi tiba-tiba otot diafragma dan interkostal yang tidak menentu dan segera diikuti oleh penutupan laring. Aliran udara yang tiba-tiba ke paru-paru menimbulkan suara "hik".
Nama lain cegukan adalah synchronous diaphragmatic flutter (SDF) atau singultus. Cegukan berulang kali terjadi karena kejang yang tidak disengaja pada diafragma, diikuti dengan penutupan glotis yang cepat dan berisik. Diafragma adalah otot yang memisahkan dada dari perut dan yang bertanggung jawab untuk pada pernafasan.
Episode cegukan secara umum berlangsung singkat beberapa menit. Namun pada beberapa kasus cegukan terus menerus bertahan lebih lama, bisa lebih dari 2 hari atau yang ekstrim bisa bulanan. Cegukan terus menerus jarang terjadi, tetapi bisa sangat menyusahkan.
Epidemiologi
Cegukan dapat terjadi pada usia berapa pun, meskipun lebih jarang terjadi seiring bertambahnya usia. Cegukan yang sulit diatasi lebih sering terjadi pada orang dewasa.
Insiden cegukan secara keseluruhan tampaknya sama pada pria dan wanita. Namun, cegukan yang berkepanjangan dan sulit diatasi lebih sering terjadi pada pria, yaitu 82% kasus.
Sebuah tinjauan literatur (1990-2013) yang terdiri dari 318 studi menemukan bahwa laki-laki lebih dominan mengalami cegukan, terutama jenis cegukan yang penyebabnya tidak terkait dengan sistem saraf pusat atau tidak diketahui.
Penyebab Cegukan
Penyebab cegukan yang pasti belum diketahui dengan jelas, tetapi diperkirakan hal itu mungkin akibat iritasi pada saraf atau bagian otak yang mengontrol otot-otot pernapasan termasuk diafragma.
Episode singkat cegukan sering kali tidak memiliki penyebab yang jelas, tetapi biasanya dipicu oleh:
- Makanan pedas atau panas yang bisa mengiritasi syaraf frenikus yang berada di kerongkongan
- Makan terlalu banyak
- Perut kembung
- Minuman bersoda dan beralkohol
- Mengalami stress atau emosi yang kuat
Dalam kasus seperti itu, cegukan biasanya dimulai dalam situasi sosial, mungkin dipicu oleh kombinasi dari tertawa, berbicara, makan, dan minum (terutama alkohol). Terkadang makanan atau cairan yang panas atau mengiritasi adalah penyebabnya.
Cegukan lebih mungkin terjadi ketika kadar karbon dioksida dalam darah menurun. Penurunan seperti itu bisa terjadi ketika orang mengalami hiperventilasi.
Cegukan yang terus-menerus terkadang memiliki penyebab yang lebih serius. Misalnya, diafragma dapat mengalami iritasi karena pneumonia, operasi dada atau perut, atau produk limbah yang menumpuk di dalam darah saat ginjal mengalami kerusakan seperti uremia. Jika penyebabnya serius, cegukan cenderung berlanjut sampai penyebabnya diperbaiki.
Patofisiologi
Patofisiologi cegukan berhubungan dengan lesi pada lengkung refleks. Dimana secara fisisologis busur refleks cegukan terdiri dari 3 komponen yaitu:
- Ekstremitas aferen antara lain saraf frenikus, vagus dan simpatis yang berfungsi untuk menyampaikan sinyal sensorik somatik dan viseral.
- Unit pemrosesan pusat di otak tengah
- Ekstremitas eferen yang berjalan di serat motorik saraf frenikus ke diafragma dan saraf aksesori ke otot interkostal
Proses sentral cegukan masih kurang dipahami, mungkin tidak hanya terbatas pada medula tetapi juga dapat melibatkan bagian lain dari sistem saraf pusat (SSP) yang terletak antara batang otak dan tulang belakang leher.
Komponen sentral cegukan biasanya mengacu pada kemoreseptor yang mungkin terletak di materi abu-abu periakuaduktal dan inti subtalamus.
Di antara neurotransmiter yang terlibat dalam proses cegukan, dopamin (D) dan asam gamma-aminobutirat (GABA) telah didokumentasikan. Hal di atas menjelaskan mengapa beberapa penghambat zat ini dapat digunakan dalam pengobatan cegukan.
Oleh karena itu, setiap iritasi fisik dan kimia serta kondisi inflamasi dan neoplastik yang melibatkan refleks dapat menyebabkan cegukan.
Evaluasi dan Pemeriksaan
Cegukan singkat tidak memerlukan evaluasi oleh dokter. Untuk cegukan terus menerus, informasi berikut dapat membantu orang memutuskan apakah evaluasi dokter diperlukan dan membantu mereka mengetahui apa yang diharapkan selama evaluasi.
Hal yang perlu diwaspadai jika cegukan disertai Gejala neurologis seperti sakit kepala, lemas, mati rasa, dan kehilangan keseimbangan. Orang yang mengalami cegukan yang disertai gejala tersebut harus segera ke dokter atau fasilitas kesehatan.
Pengkajian akan difokuskan pada berapa lama cegukan berlangsung, obat apa yang telah dicoba orang tersebut, dan apakah orang tersebut baru-baru ini sakit atau menjalani operasi.
Evaluasi tentang adanya keluhan atau penyakit lain yang terkait, seperti:
- Gejala gastroesophageal reflux
- Kesulitan menelan
- Gejala neurologis seperti sakit kepala, kesulitan berjalan, berbicara, atau melihat
- Penggunaan alkohol.
Pemeriksaan fisik difokuskan pada pemeriksaan neurologis lengkap. dan mencari tanda-tanda penyakit kronis.
Jika dilakukan pemeriksaan penunjang biasanya dimulai dengan tes darah, rontgen dada, dan elektrokardiografi (EKG). Tes lain dilakukan berdasarkan gejala lain yang dialami pasien.
Jika tes ini tidak mengungkapkan penyebabnya, bisa dipertimbangkan pencitraan resonansi magnetik (MRI) otak dan computed tomography (CT) dada bahkan jika tidak memiliki gejala lain yang secara khusus terkait dengan area ini.
Prognosis
Secara umum, cegukan biasanya dapat sembuh sendiri dan prognosisnya sangat baik. Sedangkan prognosis cegukan yang berkepanjangan terkait dengan etiologi yang mendasarinya.
Cegukan terus menerus sering dikaitkan dengan penyakit organik yang mendasari dan sering menyebabkan tekanan sosial dan emosional. Pemberian terapi harus mengatasi faktor penyebab dan komplikasi cegukan yang berkepanjangan.
Komplikasi cegukan mungkin bisa terjadi antara lain:
- Aritmia
- Refluks gastroesofageal
- Dalam kasus yang berkepanjangan, penurunan berat badan dan gangguan tidur
Cara Mengatasi cegukan
Cara mengatasi cegukan bisa dilakukan dengan pendekatan non farmakologis atau farmakologis (menggunakan obat-obatan).
Pendekatan Non Farmakologis
Beberapa cara mengatasi cegukan dengan pendekatan nonfarmakologis yang sering dilakukan antara lain:
- Stimulasi nasofaring dengan menarik lidah, menelan gula pasir, berkumur dengan air atau menyeruput air es dan menggigit lemon.
- Stimulasi dermatom C3-5 dengan mengetuk atau menggosok bagian belakang leher, semprotan cairan dingin, atau tindakan akupunktur.
- Stimulasi faring langsung dengan kateter hidung atau oral (90% efektif)
- Stimulasi uvular langsung dengan sendok atau aplikator ujung kapas
- Pengeluaran isi lambung dengan cara merangsang muntah atau menggunakn selang nasogastrik
- Stimulasi vagal
- Bilas lambung dengan es
- Manuver Valsava
- Pijat sinus karotis dan tekanan bola mata digital (hanya boleh dilakukan oleh personel berpengalaman dengan memperhatikan kontraindikasi)
- Menahan nafas
- Hiperventilasi
- Bernapas ke dalam kantong kertas untuk meningkatkan tekanan karbon dioksida arteri (PaCO 2)
- Menarik lutut ke dada dan condong ke depan
- Menggunakan tekanan jalan napas positif terus menerus
- Teknik pengalihan atau distraksi
- Hipnotis
Pendekatan Farmakologis
Cara mengatasi cegukan dengan pendekatan farmakologis atau pemberian obat-obatan lebih cenderung diindikasikan untuk cegukan terus menerus atau berkepanjangan.
Berbagai jenis obat telah dilaporkan bisa menyembuhkan cegukan, seperti Gabapentin, baclofen, dan metoclopramide untuk cegukan persisten, dengan kombinasi obat lain seperti inhibitor pompa proton, atau sebagai terapi gabungan.
Klorpromazin adalah obat yang paling banyak digunakan dan merupakan obat yang disetujui oleh FDA untuk mengatasi cegukan.
Obat penenang lainnya seperti haloperidol juga dilaporkan efektif dalam dosis 2-5 mg. Jenis obat lain yaitu Metoclopramide juga dilaporkan berhasil digunakan dalam dosis 10 mg setiap 8 jam.
Beberapa agen antikonvulsan juga telah digunakan untuk mengobati cegukan keras seperti Fenitoin, asam valproat, dan karbamazepin. Obat-obat ini efektif bila digunakan dalam dosis antikonvulsan yang sesuai. Gabapentin telah terbukti efektif pada pasien dengan lesi sistem saraf pusat (SSP) dan pada beberapa kelompok etiologi lainnya.
Jenis obat lain yang dilaporkan bermanfaat mengatasi cegukan yaitu :
- Relaksan otot
- Obat penenang
- Analgesik seperti orphenadrine, amitriptyline, chloral hydrate, dan morfin
- Stimulan seperti efedrin, methylphenidate, amfetamin, dan nikethamide
- Jenis obat lain seperti edrophonium, deksametason, amantadine, dan nifedipine.
Referensi:
- Chang, F. Y., & Lu, C. L. 2012. Hiccup: mystery, nature and treatment. Journal of neurogastroenterology and motility, 18(2), 123–130. https://doi.org/ 10.5056/ jnm. 18.2.123
- Garry Wilkes. 2017. Hiccups. Med Scape. https://emedicine.medscape.com/ article/ 775746-overview.
- Jonathan Gotfried. 2020. Hiccups. Lewis Katz School of Medicine at Temple University. MSD Manual
- Woelk C. J. 2011. Managing hiccups. Canadian family physician Medecin de famille canadien, 57(6), 672–e201.
- Yvette Brazier. 2018. What You Need to Know about hiccups. Medical News Today.