Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan suatu penyakit yang dapat dicegah dan diobati yang ditandai dengan adanya hambatan aliran udara pada saluran pernafasan yang menimbulkan obstruksi saluran nafas, termasuk didalamnya ialah asma, bronkhitis kronik, dan emphysema paru. Pada tulisan ini Repro Note akan merangkum mengenai konsep medik dan Askep PPOK dengan pendekatan Sdki, Slki, dan Siki.
Tujuan
- Memahami Etiologi dan Patofisiologi pasien dengan Penyakit paru obstruktif Kronik atau PPOK
- Memahami manifestasi klinis dan penatalaksanaan pasien dengan penyakit paru obstruktif kronik atau PPOK
- Merumuskan diagnosa keperawatan pada askep PPOK dengan pendekatan Sdki
- Merumuskan luaran dan kriteria hasil pada askep PPOK dengan pendekatan Slki
- Melaksanakan Intervensi keperawatan pada askep PPOK dengan pendekatan Siki
Sumber Foto:flickr.com |
Etiologi
Penyebab utama PPOK di berbagai negara adalah kebiasaan merokok, prevalensinya diperkirakan 80-90% kasus. PPOK juga sering terjadi pada orang yang terpapar asap dari pembakaran bahan bakar untuk memasak dan dirumah yang berventilasi buruk.
Faktor resiko lainnya termasuk keadaan sosial ekonomi dan status pekerjaan yang rendah, kondisi lingkungan yang buruk karena dekat lokasi pertambangan, perokok pasif, atau terkena polusi udara dan komsumsi alkohol yang berlebihan. Laki-laki dengan usia antara 30-40 paling banyak menderita PPOK.
PPOK disebabkan faktor lingkungan dan gaya hidup yang sebagian besar bisa dicegah, diantaranya:
1. Kebiasaan merokok, merupakan penyebab utama pada bronkhitis dan emfisema.
2. Adanya infeksi: Haemophilus influenza dan streptococcuspneumonia.
3. Polusi oleh zat-zat pereduksi.
4. Faktor sosial-ekonomi: keadaan lingkungan dan ekonomi yang memburuk.
Manifestasi klinis
Pada perokok, tanda dan gejala akan mengarah pada:
1. Mempunyai gambaran klinik dominan kearah bronkhitis kronik
2. Mempunyai gambaran klinik kearah emfisema
Tanda dan gejala adalah sebagai berikut:
Kelemahan badan
Batuk
Sesak nafas
Sesak nafas saat aktivitas dan nafas berbunyi
Mengi atau whezzing
Ekspirasi memanjang
Edema kaki, asietas dan jari tabuh
Suara nafas melemah
Penggunaan obat bantu pernafasan
Patofisiologi
Faktor resiko PPOK adalah merokok. Komponen racun yang terdapat dalam asap rokok akan menyebabkan timbulnya inflamasi atau peradangan pada paru. Pada proses peradangan ini dikeluarkan berbagai mediator inflamasi yang menyebakan menurunnya elstisitas saluran pernafasan, dan bisa menyebabkan kolapsnya alveoli.
Berkurangnya elastisitas saluran pernafasan dan kolapsanya alveoli akan menyebabkan kemampuan ventilasi berkurang terutama fase ekspirasi. Idealnya, fase ekspirasi ini bersifat pasif. Apabila tidak terjadi secara pasif, maka udara akan terperangkap di dalam paru dan saluran kedap suara kolaps.
Asap mengiritasi jalan nafas mengakibatkan hipersekresi lendir dan inflamasi Karena irisatsi yang konstan ini kelenjar yang mengsekresi lendir dan koblet meningkat jumlahnya, fungsi silia menurun dan lebih banyak lendir yang dihasilkan.
Sebagai akibatnya dapat terjadi penyempitan alveoli yang berdekatan dengan bronkiulus sehingga menjadi rusak karena membentuk fibrosis. Dalam kasus ini juga terjadi gangguan pada fungsi makrofag alveolar untuk memfagosit dan menghancurkan bakteri serta partikel asing. Sehingga Pasien menjadi lebih rentan terhadap infeksi saluran pernafasan.
Pada kondisi yang lebih parah, penyempitan bronkial tahap lanjut bisa menyebabkan perubahan paru yang irreversibel, mengakibatkan empisema dan bronkkiektasis.
Penatalaksanaan
PPOK adalah penyakit paru kronis yang bersifat progresif dan irreversible. Untuk penatalaksanaan keperawatannya digolongkan berdasarkan pada keadaan pasien, apakah termasuk stabil atau eksasebasi akut.
Penatalaksanaan keperawatan dari Penyakit Paru Obstruksi Kronik adalah:
a. Mempertahankan patensi jalan nafas
b. Membantu tindakan untuk mempermudah pertukaran gas
c. Meningkatkan masukan nutrisi
d. Mencegah komplikasi, memperlambat memburuknya kondisi
e. Memberikan informasi mengenai penyakit, prognosis, dan program pengobatan yang akan dijalani
Tujuan penatalaksanaan PPOK adalah:
1. Memperbaiki kemampuan pasien mengatasi gejala yang timbul baik pada fase akut dan fase kronik
2. Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan aktivitas harian
3. Pengurangi laju perkembangan dan keparahan penyakit jika bisa dideteksi lebih dini
Klasifikasi
1. Asma
Asma merupakan penyempitan saluran nafas yang disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas atau alergi terhadap stimulus tertentu dan biasanya bersifat reversibel
2. Bronkhitis kronis
Bronkhitis kronis adalah peradangan bronkus jangka panjang, ditandai dengan batuk produktif dan produksi dahak secara terus menerus. Terjadi selama minimal 3 bulan dalam setahun, dalam kurun waktu 2 tahun berturut turut.
3. Emfisema
ASSEMENT KEPERAWATAN
Paru- paru : adanya sesak, retraksi dada, auskultasi adanya bunyi ronchi, atau bunyi tambahan lainnya
Neuromuskular : perlu diwaspadai kesadaran dari composmentis ke apatis, somnolen, hingga koma pada pemeriksaan GCS, adanya kelmmahan anggota badan dan terganggunya aktivitas.
Kardiovaskuler : TD menurun, diaphoresis terjadi pada minggu pertama, kulit pucat, akral dingin, penurunan curah jantung, dengan adanya bradikardi, kadang terjadi anemia, nyeri dada.
Perkemihan : pada pasien dengan bronchitis kaji adanya gangguaan eliminasi seperti retensi urine ataupun inkontinensia urine
Pencernaan : Distensi abdomen, nyeri
Diagnosa, Luaran dan Intervensi Keperawatan
1. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan ketidak seimbangan ventilasi - perfusi(D.0003)
Luaran : Pertukaran gas meningkat (L.01003)
Tingkat kesadaran meningkat
Dispnea menurun
Bunyi napas tambahan menurun
Diaforesis menurun
Napas cuping hidung menurun
PCO2 dan P02 membaik
Pola napas membaik
Warna kulit membaik
Intervensi :
a. Terapi Oksigen (l. 01026)
Monitor kecepatan aliran oksigen
Monitor efektifitas terapi oksigen, jika perlu
Monitor tanda-tanda hipoventilasi
Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen
Berikan oksigen tambahan, jika perlu
Pertahanankan kepatenan jalan napas
Kolaborasi penentuan dosis oksigen
b. Dukungan Berhenti Merokok (l.01001)
Identifikasi keinginan berhenti merokok
Identifikasi upaya berhenti merokok
Diskusikan motivasi penghentian merokok
Jelaskan efek langsung berhenti merokok
Jelaskan berbagai intervensi dengan farmakoterapi ( mis. Penggantian nikotin)
2. Pola napas tidak efektif b.d depresi pusat pernapasan, hambatan upaya napas (D.0005)
Luaran : Pola napas membaik (L.01004)
Kapasitas vital meningkat
Tekanan ekspirasi dan inspirasi meningkat
Dispnea menurun
Penggunaan otot bantu napas menurun
Pemanjangan fase ekspirasi menurun
Pernapasan cuping hidung menurun
Frekuensi dan kedalaman napas membaik
Intervensi : Pemantauan Respirasi (l.01014)
Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
Monitor pola napas
Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
Auskultasi bunyi napas
Monitor saturasi oksigen
Monitor nilai AGD
Informasi hasil pemantauan, jika perlu
3. Gangguan ventilasi spontan b.d gangguan metabolisme, kelelahan otot pernapasan (D.0004)
Luaran : Sirkulasi spontan meningkat (L. 02015)
Tingkat kesadaran meningkat
Frekuensi nadi menurun
Tekanan darah menurun
Frekuensi napas menurun
Saturasi oksigen menurun
Intervensi Utama: Pemantauan Respirasi (l.01014)
Intervensi pendukung : Dukungan emosioanl (l.09256)
Identifikasi fungsi marah, frekuensi, dan amuk bagi pasien
Identifikasi hal yang telah memicu emosi
Fasilitasi mengungkapkan perasaan cemas, marah, atu sedih
Ajarkan penggunaan mekanisme pertahanan yang tepat
Rujuk untuk konseling, jika perlu
4. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d merokok aktif, merokok pasif dan terpajan polutan (D.0001)
Luaran : Kontrol gejala meningkat ( L.14127))
Kemampuan memonitor munculnya gejala secara mandiri
Kemampuan memonitor munculnya lama bertahannya gejala
Kemampuan memonitor frekuensi gejala
Kemampuan memonitor gejala
Intervensi : Dukungan kepatuhan program pengobatan (l.12361)
Identifikasi ketepatan dan keteraturan menjalani program pengobatan yang sudah di tentukan
Buat komitmen menjalankan pengobatan dengan baik
Jadwalkan pendampingan keluarga untuk menemani pasien secara bergantian selama program pengobatan
Informasikan program pengobatan yang harus dijalani
Jika perlu, Anjurkan melakukan konsultasi ke pelayanan kesehatan terdekat
Daftar Pustaka:
- Muttaqin, A. 2013. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Pernafasan. Salemba Medika:Jakarta
- PPNI, 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi I. DPP PPNI:Jakarta
- PPNI, 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi I. DPP PPNI:Jakarta
- PPNI, 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi I. DPP PPNI:Jakarta