Adab Menuntut Ilmu Bagi Seorang Murid
1. Mendahulukan Akhlak
Akhlak yang baik dalam menuntut ilmu, hal ini juga termasuk di dalamnya seorang murid seyogyanya menyucikan niat dan jiwa dalam proses menuntut ilmu sehingga menghasilkan akhlaq yang baik dalam proses mencari ilmu tersebut.
Mendahulukan akhlaq dalam proses menuntut ilmu sama halnya dengan Bersuci dalam syarat sahnya Sholat, Mendahulukan Niat dalam syarat sahnya Puasa.
2. Mengurangi Keterkaitan Dunia
Kesibukan dunia dalam proses menuntut ilmu, dimana keseibukan kesibukan dunia dapat menjauhkan penuntut ilmu (Murid) dalam memahami isi kajian atau bahasan yang diberikan oleh seorang pengajar.
Jika pikiran murid terpecah dalam proses menerima ilmu atau sedang memikirkan banyak perkaras atau masalah-masalah keduniawian maka ia tidak akan dapat berfokus dalam melaksanakan tugas sebagai seorang murid dan dapat mempengaruhi Masuknya ilmu dalam Fikiran maupun hatinya.
3. Menjauhkan Sifat Sombong dalam diri
Setiap penuntut ilmu hendaknya menghindari semua jenis kesombongan dalam proses menimba ilmu, sepatutnya bagi penuntut ilmu untuk patuh terhadap nasihat-nasihat gurunya, seperti patuhnya seorang pasien terhadap nasihat-nasihat yang di berikan dokter kepadanya.
Dengan menjauhkan sifat sombong dalam diri, seorang murid dapat mendengarkan dengan penuh konsentrasi setiap penjelasan yang disampaikan dan dapat memperhatikan setiap contoh yang diberikan.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Anzah (2020), terdapat fenomena pada indra pendengaran yang merupakan indra pertama dan terakhir yang aktif. Pendengaran merupakan indra yang pertama kali aktif sehingga perlu diadzankan ketika lahir.
Demikian juga saat berada dalam perut sudah ada rangsangan, maka sang ibu perlu memberikan stimulasi pada bayi dimulai sejak dalam kandungan.
Pendengaran merupakan indra yang terakhir kali aktif sehingga dalam islam dianjurkan mentalkinkan manusia pada saat sakaratul maut.
4. Menjauhkan diri perselisihan dan perdebatan
Penuntut Ilmu sebaiknya menjauhkan diri dari perselisihan dan perdebatan, apalagi mengenai sesuatu yang berkaitan dengan ilmu yang dituntut. Bagi seorang penuntut ilmu pada awal-awal pelaksanaan belajar biasanya dialihkan perhatiannya oleh perselisihan atau perdebatan tentang suatu teori atau permasalahan yang sama sekali belum ia pahami tentang ilmu yang sedang dipelajarinya.
Hal ini akan memberikan dampak pada kurangnya keinginan penuntut ilmu (murid) untuk melakukan telaah dan kajian-kajian terkait dengan ilmu yang sedang di tuntutnya, sebaiknya setiap penuntut ilmu menguhindari perdebatan di awal proses menuntut ilmu, agar lebih meningkatkan pencarian infomasi terlebih dahulu dengan memperbanyak mendengar dan membaca literatur-literatur yang berkaitan dengan apa yang dipelajari.
5. Fokus pada cabang ilmu yang di tekuni
Seorang penunut ilmu sebaiknya memfokuskan keingin tahuannya terhadap suatu cabang ilmu, ketahuilah dalam setiap ilmu itu terdapat cabang-cabang pengetahuan yang berkaitan anatara satu dengan yang lainnya, sebagai contoh ilmu keperawatan memiliki berbagai cabang di dalamnya antara lain keperawatan bedah, keperawatan anak, keperawatan jiwa dan lain sebagainya.
Fokuskanlah keingintahuan anda dalam satu cabang yang sangat anda gemari dan minati, karna dengan berfokus anda dapat mengetahui keterkaitan bidang ilmu tersebut dengan ilmu lainnya dan pengetahuan anda akan berkembang dengan tanpa anda sadari.
Dalam menuntut ilmu tidak dapat di hindari adanya kesulitan dan hambatan di dalamnya, namun sebagai penuntut ilmu tidak diperkenankan menyerah atau bahkan mengumpat ilmu yang sedang di pelajarinya dikarenakan kebodohannya. Kecenderungan manusia jika mendapatkan kendala dan hambatan ia akan menyerah atau menyalahkan sesuatu yang ia tidak ketahui.
6. Tidak Menekuni Semua Bidang keilmuan secara sekaligus
Sikap ini akan membuat seorang murid yang menuntut ilmu tidak mendapatkan keilmuan yang jelas dengan apa yang dipelajarinya, keingintahuan akan semua hal seyogyanya merupakan suatu yang baik namun jika dibarengi dengan tidak fokus pada satu cabang pengetahuan maka ini akan mendatangkan ketidak tahuan terhadap berbagai ilmu, karna penuntut ilmu tersebut akan mencari pengetahuan tidak lengkap atau menyeluruh, sehingga mengakibatkannya hanya mengetahui sedikit dari yang banyak.
7. Menghindari mempelajari banyak cabang ilmu dengan tidak berurutan
Tanamkan keyakinan pada diri bahwa setiap cabang ilmu itu memiliki keterkaitan dengan ilmu yang lain, dengan demikian penuntut ilmu akan mempelajari satu bagian dalam cabang ilmu dan memperdalam pemahaman dan pengetahuannya tentang ilmu tersebut dan dengan sendirinya akan mengembangkan pengetahuannya berdasarkan keterkaitan cabang ilmu yang di pelajarinya dengan cabang ilmu yang lain.
8. Memahami Kelebihan dan Kekurangan yang dimiliki
Dalam memperdalam suatu ilmu,faktor dalam diri seorang penuntut ilmu dapat meningkatkan kepekaannya dalam memfokuskan diri pada apa yang di pelajarinya, dengan mengetahui faktor apa saja yang dimiliki dapat meningkatkan fokus dan mengurangi gangguan-gangguan dan hambatan dalam menuntut ilmu.
9. Sempurnakan tujuan
Menuntut ilmu dengan mengharapkan keridhoan dari Allah SWT yang Maha Memiliki Pengetahuan dan Ilmu, Dengan menyempurnakan tujuan menuntut ilmu bagi keridhoan yang Maka Kuasa maka kemudahan dan kelancaran dalam menunut ilmu akan di temui seorang murid dalam setiap langkahnya.
Adab dan Tugas Bagi Pembimbing dan Pengajar
1. Belas kasih
Belas Kasih kepada murid dan memperlakukannya sebagai anak. Seorang Pembimbing dan pengajar dalam menyampaikan ilmunya hendaklah memandang murid-muridnya sebagai anaknya sendiri.
Sesungguhnya kedudukan guru lebih tinggi derajatnya dibandingkan dengan orang tua, dimana orang tua menghadirkan kehidupan bagi anak-anaknya untuk mempersipkan kehidupan dunia, sedangkan guru, pembimbing, pengajar mempersiapkan muridnya untuk dapat memberikan kehidupan akhirat yang penuh dengan cahaya pengetahuan dan kekal selamanya.
Seorang pengajar hendaklah memiliki tujuan mendidik muridnya dengan niat memberikan pengetahuan untuk mendapatkan keridho'an ALLAH SWT dan memberikan penerang bagi kegelapan hidup muridnya di dunia untuk mendapatkan kebaikan dan kelapangan hidup kelak di akhirat. dengan demikian seorang guru, pembimbing akan mendapatkan manfaat dari apa yang ia ajarkan kelak di akhirat.
2. Tidak Berorientasi Materi
Seyogyanya Seorang Guru Meneladani Rasulullah SAW dalam memberikan pengetahuan bagi seluruh manusia dimana untuk mendapatkan Keridho'an ALLAH SWT, dengan mengharapkan akhirat maka dengan sendirinya kehidupan dunia akan di dapatkan.
Jika seorang guru atau pengajar lebih mengejar kehidupan akhirat yang lebih kekal adanya maka kehidupan dunia yang fana dengan segala isinya akan ikut menyertainya dalam setiap langkahnya memberikan pengetahuan dan pengalaman bagiu murid-murid yang dididiknya.
3. Senantiasa Memberikan Nasihat
Seorang guru, pengajar atau pembimbing seharusnya dapat senantiasa memberikan nasihat-nasihat yang dapat mengingatkan dan meningkatkan semangat murid-muridnya dalam menuntut ilmu.
Memberikan nasihat dan pemahaman bahwa hakikatnya menuntut ilmu adalah untuk mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa dan Mendapatkan Keridho'annya, bukan untuk kekuasaan, pekerjaam, pangkat, jabatan atau persaingan, serta memberikan contoh betapa buruknya tujuan yang demikian itu.
4. Mencegah murid berakhlak tercela.
Sebagai seorang guru hendaklah selalu menasihati baik secara langsung maupun tidak langsung agar murid-muridnya mempraktikkan sifat-sifat atau akhlaq yang biak selama proses perjalanannya menuntut ilmu karna hal yang demikian itu akan mempermudah proses penyerapan ilmu pengetahuan yang sedang di pelajarinya.
5. Tidak Mencela Ilmu yang tidak di tekuni
Seorang guru haruslah mampu menjaga diri, sikap, perkataan dan perbuatannya dari mencela ilmu yang tidak di tekuni atau di dalaminya, karna hal ini merupakan sikap tercela bagi seorang guru, karna ia haruslah memahami bahwa setiap ilmu dari berbagai cabang dan bagiannya sama pentingnya dengan apa yang di perdalaminya dan memiliki keterkaitan yang tidak dapat dipisahkan dari ilmu itu sendiri.
6. Menyampaikan Suatu ilmu sesuai dengan batas kemampuan muridnya.
Seorang guru haruslah mampu memahami dan menganalisis kemampuan setiap muridnya dalam memahami ilmu pengetahuan. Menyampaikan ilmu pengetahuan yang dimilikinya berdasarkan kemampuan murid untuk menangkap dan menganalisa sehingga tidak memberatkan murid sampai menyebabkannya enggan belajar.
Takarlah setiap orang dengan takaran akalnya, dan timbanglah dia dengan timbangan pemahamannya, agar engkau selamat darinya dan dia bisa mengambil manfaat darimu (ibnu qoyyim Al jauzi)
7. Tidak Mencela kebodohan muridnya.
Murid yang memiliki keterbatasan dalam menyerap ilmu yang disampaikan maka berikanlah ia pemahaman sesuai dengan batas kemampuannya menyerap atau dengan perkara-perkara yang cocok dengannya.
Seorang guru, pengajar seharusnya mampu menghindari perilaku yang dapat mengguncang pikiran muridnya atau menegaskan kebodohan muridnya, karna hal tersebut dapat mengurangi minat dan keinginan muridnya untuk menuntut ilmu.
Ketahuilah bahwa setiap orang pasti ridho kepada ALLAH SWT atas kesempurnaan akalnya, Sedangkan orang yang paling bodoh dan paling lemah akalnya adalah orang yang paling bangga terhadap kesempurnaan akalnya.
8. Menanamkan Kejujuran
Hendaknya seorang Guru, Pengajar atau Pembimbing Menegaskan ilmunya dengan perbuatan dan tidak mendustakan perkataannya.
Seorang guru dikatakan memiliki ilmu jika apa yang disampaikannya sesuai dengan perbuatannya, karna ilmu disampaikan dengan perkataannya dan pembenaran ilmunya dengan menunjukkan sikap dan perbuatan yang sesuai dengan keilmuannya.