Data Riskesdas tahun 2013 menunjukan bahwa kejadian anemia pada remaja putri mencapai 26,4 Persen. Artinya 1 dari 4 orang remaja putri mengalami anemia. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan banjar baru tahun 2015 pada siswa SMP didapatkan kejadian anemia mencapai 59%.
Menurut definisi, anemia adalah pengurangan jumlah sel darah merah, kuantitas hemoglobin, dan volume pada sel darah merah (hematokrit) per 100 ml darah. Pada anemina terjadi pengurangan kemampuan efektif sel darah merah untuk mengangkut oksigen. Makanya masyarakat lebih mengenal anemia dengan sebutan penyakit "kurang darah".
Anemia Pada Remaja Putri
Remaja Putri Lebih Rentan Terkena Anemia
Saat memasuki masa pubertas, organ reproduksi wanita mulai aktif. Proses ini di tandai dengan dimulainya siklus ovulasi atau pembentukan sel telur. Jika tidak ada pembuahan, maka pada akhir periode siklus akan terjadi proses peluruhan sel telur yang tidak dibuahi tersebut. Proses inilah yang di kenal dengan siklus menstruasi.
Siklus menstruasi yang terjadi tiap bulan inilah yang menyebabkan remaja putri lebih beresiko anemia. Selain itu kebiasaan diet yang kurang baik juga menjadi faktor yang meningkatkan resiko.
Sayangnya, remaja putri kadang tidak menyadari dirinya mengalami anemia. Mereka menganggap timbulnya keluhan cepat lelah, kurang konsentrasi, dan kadang pusing sebagai keluhan biasa yang tidak perlu diperhatikan secara khusus.
Dampak Anemia Pada Remaja Putri
Anemia pada remaja putri yang tidak ditangani bisa berdampak merugikan baik jangka pendek atau jangka panjang.
Remaja putri yang mengalami anemia akan terlihat pucat. Dalam jangka pendek anemia akan mengganggu aktifitas dan menurunkan produktifitas. Hal ini karena remaja putri yang mengalami anemia akan cepat lelah dan letih bila beraktifitas fisik.
Pada proses pembelajaran, anemia akan menurunkan kemampuan untuk berkonsentrasi sehingga kemampuan untuk belajar dan menyerap pelajaran akan berkurang. Pada akhirnya secara keseluruhan akan menurunkan prestasi di sekolah.
Jika kondisi yang lebih parah, anemia juga bisa menjadi pencetus penyakit yang lebih berat. Seperti kesulitan bernafas, Sakit kepala, bahkan bisa juga mengganggu paru dan irama jantung. Yang pasti juga, anemia akan menyebabkan penurunan daya tahan tubuh secara keseluruhan.
Untuk jangka panjang anemia juga bisa menimbulkan dampak serius, remaja putri dimasa yang akan datang menikah dan akan menjadi seorang calon ibu yang akan hamil dan melahirkan seorang bayi.
Jika pada saat itu masih mengalami anemia, maka akan memperbesar resiko kematian ibu melahirkan dan memperbesar resiko melahirkan bayi prematur atau bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
Mencegah Anemia Pada remaja Putri
Dalam upaya pencegahan anemia, yang perlu diperhatikan adalah faktor penyebabnya. Jika anemia disebabkan oleh masalah nutrisi, maka yang perlu di lakukan adalah meningkatkan pemahaman mengenai pola konsumsi yang baik.
Dari Global School Health Survey tahun 2015, didapatkan data bahwa ternyata 62,5% remaja tidak rutin sarapan. 93,6% remaja kurang mengkonsumsi serat sayur, 75,7% sering mengkonsumsi makanan berpenyedap.
Upaya pertama adalah meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung zat besi tinggi. Selanjutnya makanan yang banyak mengandung Vitamin C dan Vitamin A yang berfungsi untuk membantu penyerapan zat Besi.
Contoh makanan yang mengandung zat besi tinggi adalah Daging merah, ikan, kerang-kerangan, kacang-kacangan, Bayam, tahu, kentang, dan sereal.
Vitamin A dan C banyak di jumpai pada berbagai jenis makanan segar, mulai buah-buahan, sayuran, dan lauk pauk.
Intinya remaja putri jangan takut makan, yang penting gizi berimbang. Jangan hanya karena mementingkan penampilan agar selalu langsing, akhirnya membatasi diri untuk mengkonsumsi makanan bergizi. Buat apa langsing tapi sakit-sakitan. Gak seru kan.
Penanganan Anemian Pada Remaja Putri
Jika sudah terindikasi mengalami anemia, sebaiknya segera menghubungi dokter atau petugas kesehatan. Biasanya Dokter atau petugas kesehatan akan memberikan suplemen zat besi untuk memulihkan kondisi agar kembali sehat seperti semula.
Selain pemberian suplemen, biasanya juga akan dilakukan edukasi agar yang bersangkutan memperbaiki status nutrinya dengan meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung zat besi tinggi.
Namun jika di temukan penyebab lain dari anemia selain kehilangan darah akibat menstruasi, maka mungkin diperlukan pemeriksaan lain dan akan dilakukan treatment untuk menghentikan perdarahan itu.
Yang perlu digaris bawahi, bahwa anemia defisiensi zat besi mudah di deteksi dan jika mendapat penangan yang tepat akan mudah juga teratasi.
Remaja Harus Sadar Gizi
Tahukah kita bahwa rata-rata tinggi badan anak indonesia itu lebih pendek dibandingkan standar WHO. Rata rata anak laki-laki indonesia lebih pendek 12,5 cm dan rata-rata anak perempuan indonesia lebih pendek 9,8 cm.
Penyebab Remaja yang kurus atau kurang energi kronis (KEK) adalah kurangnya asupan gizi yang baik. Hal ini sama dengan anemia, merupakan sumber masalah yang berdampak pada penurunan fungsi kognitif, kekebalan tubuh menurun, dan pada akhirnya juga menyebabkan terganggunya metabolisme tubuh.
Oleh sebab itu remaja dan masyarakat pada umumnya harus memahami masalah gizi dalam seluruh siklus kehidupan dan dampaknya terhadap kesehatan.
Remaja yang sadar gizi, dan bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, akan bisa terhindar dari berbagai penyakit seperti anemia dan stunting. Sehingga dalam proses tumbuh kembang segala potensi bisa dieksplorasi secara maksimal karena memiliki fisik yang kuat.
Kesimpulan
Pencegahan, penanganan, dan edukasi mengenai anemia pada remaja putri sangat penting untuk terus di galakkan. Karena fase remaja merupakan fase krusial peralihan perkembangan yang akan berdampak ke masa depannya.
Segala aktifitas, terutama aktivitas pembelajaran dan pembentukan karakter terjadi pada fase remaja. Dan agar segala proses ini bisa berjalan optimal, tentu di perlukan kondisi tubuh yang sehat dan kuat. Dalam hal ini, salah satunya terbebas dari Anemia dan penyakit lainnya.