Keintiman suami istri, tidak perduli seberapa kuat dan semangatnya ketika awal-awal menikah, memiliki kecenderungan untuk memudar seiring berjalannya waktu.
Ketika mulai merasa bahwa hubungan dengan pasangan hanya sekedar menjalankan tugas, maka sebenarnya rasa bosan sudah mulai menyelinap.
Sebagian besar penjelasan mengenai kebosanan cenderung dikaitkan dengan aspek fisik semata. Padahal sebenarnya tidak seperti itu adanya.
Faktanya adalah bahwa kebosanan itu lebih banyak bersumber dari masalah psikis. Hal ini dapat dimengerti karena hubungan yang intim bersumber dari otak atau dari fikiran, baru menjalar ke sistem organ yang lainnya.
Premis ini dapat menjelaskan rasa bosan dengan pasangan bisa membuat fungsi hubungan suami istri menjadi terganggu, termasuk efek fisik pada sistem reproduksi pria. Tetapi uniknya, disfungsi biasanya bersifat selektif, yaitu hanya terjadi pada pasangannya saja. Dengan laki-laki atau perempuan lain tidak muncul kebosanan sehingga tidak terjadi disfungsi atau masalah pada hubungan.
Image by Tumisu from Pixabay |
Bosan dengan pasangan adalah fenomena alami
Hewan Juga Bisa Bosan Dengan Pasangan
Penelitian yang dilakukan pada seekor monyet jantan dewasa yang ditaruh dalam kurungan bersama seekor monyet betina. Pada awal awal kedua monyet ini menunjukan gairah yang tinggi terhadap pasangan dan frekwensi tinggi hubungan intim setiap harinya. Tapi semakin lama makin berkurang sampai tidak pernah sama sekali.
Sesudah itu monyet betina dikeluarkan dari kandang dan diganti betina yang baru. Ternyata hubungan kembali seru dan bersemangat. Tetapi setelah beberapa hari kemudian kembali menurun. Selanjutnya monyet betina dikeluarkan lagi dan kini didandani dengan warna warni lalu di taruh kembali kekandang bersama monyet jantan tersebut. Ternyata hubungan kembali bergairah.
Bukti empiris melalui penelitian eksperimental juga dilakukan terhadap tikus. seekor tikus jantan di tempatkan dalam satu sangkar dengan lima ekor betina. di mulai membuahi dan menggilir betinanya berulang ulang. Tetapi secara progresif mulai menurun sampai berhenti sama sekali.
Si jantan tidak merespon meskipun si betina berusaha mendekati. Tetapi ketika semua betina dikeluarkan di ganti dengan betina yang baru, si jantan kembali siaga, semangat dan antusias.
Rupanya rasa bosan dengan pasangan merupakan peristiwa yang sangat alami. Kejemuan, merupakan fenomena yang muncul ketika hubungan sudah berlangsung lama.
Teori Coolidge Effect
Dalam istilah reproduksi ada yang di sebut "Coolidge effect". Dimana hewan jantan yang sudah kelelahan membuahi satu betina akan bersemangat dan agresif lagi bila betinanya di ganti.
Istilah ini di ambil dari nama John Calvin Coolidge, presiden Amerika Serikat tahun 1923-1926. Pada suatu acara kunjungan ke salah satu negara bagian, dalam rombongan yang terpisah, ibu Presiden dan Bapak presiden berkesempatan mengunjungi peternakan ayam.
Mrs Coolidge, Ibu Presiden, sangat terkesan dengan kemampuan seekor ayam jago yang bisa membuahi betinanya. "Berapa kali si ayam jantan membuahi betinanya setiap hari..?, tanya ibu presiden. " Lusinan kali bu", jawab penjaga peternakan. "Wow..Hebat sekali, Sebentar lagi Bapak akan lewat kesini, sampaikan berita ini kepada Bapak".
Tidak lama berselang rombongan Bapak Presiden tiba. Penjaga peternakan menyampaikan pesan ibu tentang kehebatan si ayam jantan. Lalu Presiden Coolidge bertanya "Apakah si ayam jago hanya membuahi satu betina saja..?". Penjaga peternakan menjawab "Tidak Pak, si ayam jantan membuahi lusinan betina". Presiden Coolidge tersenyum dan berkata "Wow..kalau begitu tolong sampaikan berita ini kepada ibu".
Peristiwa ini kemudian menjadi guyonan tingkat tinggi dan sangat terkenal di seluruh dunia.
Coolidge effect tidak terbatas pada ayam saja, tetapi dijumpai juga pada sejumlah spesies mamalia seperti domba dan sapi. Dan Efek ini sangat menguntungkan untuk tujuan reproduksi. Peternak bisa berhemat karena memiliki satu pejantan untuk membuahi sekian banyak betinanya.
Kekuatan Coolidge effect menurun pada hewan hewan yang lebih tinggi, termasuk pada manusia. Namun demikian, sisa-sisanya masih terlihat. Kita berharap biarlah Coolidge effect hanya berlaku pada hewan saja.
Rasa bosan dengan pasangan Pada Manusia
Survei yang dilakukan di Chicago merilis bahwa 31 persen pria dan 43 persen wanita memiliki kecenderungan kehilangan ketertarikan terhadap pasangannya. Rasa bosan dengan pasangan ini mungkin menjadi akar mengapa begitu banyak pria dan wanita terlibat dalam perselingkuhan.
Rasa Bosan dengan pasangan sebagian besar disebabkan oleh kehilangan daya tarik kondisi yang monoton, baik dalam suasana atau perilaku yang berlangsung lama.
Perubahan bentuk tubuh, sikap merendahkan pasangan, suasana sehari hari yang begitu begitu saja, atau kecewa karena komunikasi yang tidak baik dan berlangsung terus menerus akan memperparah rasa bosan, dan pada akhirnya membuat rasa jenuh menjadi lengkap.
Rasa bosan dengan pasangan terkadang sulit di ketahui, karena alasan menjaga perasaan. Masing-masing menganggap tidak patut dan tidak perlu mengemukakan secara terbuka.
Tapi jika dibandingkan dengan perempuan, pada laki-laki biasanya lebih mudah terdeteksi. Sebaliknya, kejemuan yang melanda perempuan belum tentu bisa di deteksi oleh suami karen perempuan cenderung lebih bisa menutupinya.
Namun, sebelum bom waktu kebosanan benar-benar meledak menjadi bencana, setiap pasangan sebaiknya dapat mengenali tanda-tanda awalnya. Jika tanda-tanda sudah bisa di deteksi, maka setiap pasangan bisa segera melakukan upaya-upaya untuk melakukan perubahan yang bisa memberikan efek fisik ataupun psikologis dalah hubungan.
Sediakan waktu berdua dengan pasangan meningkatkan kedekatan fisik dan emosional. Jadilah pasangan yang kreatif untuk berbagi ide pada hal hal baru, seperti penampilan baru, jadwal kencan, dan sebagainya.
Namun, perlu ditekankan bahwa upaya upaya yang dilakukan untuk menanggulangi kebosanan tidak mungkin terlaksana kalau tidak ada kemauan dari kedua belah pihak.
Jika ikatan emosional hilang dan komunikasi tidak berlangung dengan baik maka semuanya akan menjadi sia-sia. Kemauan yang baik dan komunikasi yang baik adalah unsur dasar untuk mencegah hubungan menjadi pudar dan mengembalikan serta mempertahankan keintiman suami istri.